INDO - EUROPEESCH VERBOND (IEV) : Jawaban Kaum Indo atas Ketidakadilan dan Diskriminasi Ekonomi Masa Kolonial



Kebencian masyarakat Hindia Belanda, terutama mereka para Belanda Totok terhadap keturunan hasil perkawinan campur atau Indo kian meningkat setelah pergantian abad di tahun 1900an. Prasangka - prasangka negarif dan perlakuan diskriminatif yang mereka terima secara terstruktur menyebabkan status sosial dan kondisi kehidupan ekonomi mereka menjadi termarjinalkan diawal abad ke-20. Sebuah komisi kemudian dibentuk untuk mengetahui prosentase kemiskinan warga Eropa di Jawa dan Madura dengan hasil dimana wilayah Kedu memiliki jumlah orang Eropa miskin tertinggi yaitu sebesar 18,8% dari total populasi warga kulit putih disana.
Demi melindungi serta meningkatkan keadaan sosial ekonomi kaum Indo - Eropa dari kemiskinan maka beberapa organisasi pernah tumbuh di Hindia Belanda. Salah satu perkumpulan Indo - Eropa itu adalah Indo - Europeesch Verbond (IEV) yang didirikan pada 13 Juli 1919 oleh Karl Zaalberg, seorang editor kawakan salah satu surat kabar terbesar di Hindia Belanda - Bataviaasch Niewsblad. Latar belakang berdirinya IEV sebenarnya juga tidak terlepas dari sikap diskriminasi dan rasisme yang para “Sinyo” dan “Noni” (sebutan anak - anak indo hasil kawin campur) terima dari para Belanda Totok di Hindia Belanda. Hal tersebut juga pada akhirnya mempengaruhi sikap serta haluan politik yang mereka tempuh terhadap kaum pribumi.
Ketakutan akan hilanganya lapangan pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan merupakan salah satu alasan para orang Indo - Eropa untuk bersikap rasis kepada kaum bumiputra. Terlebih sejak diberlakukannya persamaan upah kerja antara orang Belanda Totok, Indo, dan bumiputra pada 1913.
Sebagai wadah perkumpulan kaum ras campuran Indo - Eropa, IEV tidak menghendaki adanya kaum bumiputra sebagai anggotanya. Berdasarkan ADARTnya pun, IEV bisa dikatakan sangat condong pada langgengnya kekuasaan kolonial atas tanah Hindia. Maka jangan heran jika banyak anggota IEV yang juga bekerja dan merekrut agen - agen ganda sebagai intel PID (Politiek Inlichtingen Dienst - Badan Intel Hindia Belanda).
Magelang sebagai salah satu kantong orang Indo - Eropa besar di Hindia Belanda dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi menjadi salah satu lokasi sasaran IEV untuk mengmpulkan anggota. Walaupun kehadirannya di Magelang sampai tahun 1922 bisa dikatakan agak terseok - seok, berdasarkan surat kabar Bataviaasch Niewsblad pada November 1922, Mayor Dr Lumkeman ditunjuk sebagai ketua IEV kantor cabang Magelang. Dengan dipilihnya sang dokter sebagai ketua, harapan besar IEV Magelang tertumpu padanya dalam menghadapi tantangan berupa mundurnya para anggota IEV dan mandegnya kegiatan organisasi.

Lambat laun, IEV dengan pasti mampu meraup banyak dukungan di banyak kota di Hindia. Dalam jangka waktu 3 tahun pertama pasca berdirinya, IEV sudah mampu menggaet 10.000 anggota dan pada 1930 sudah menjadi organisasi Indo - Eropa terbesar di Hindia Belanda. Bahkan sejumlah anggota Freemason pun ada yang pernah bergabung dan masuk menjadi anggota IEV. Pada tahun 1921, Mr. A.H van Ophusyen (kemudian menjadi Wakil Suhu Agung Tarekat Mason Bebas) bahkan pernah menjadi ketuanya.
Beberapa kiprah IEV Magelang yang pernah tercatat diantaranya seperti masuknya beberapa anggotanya kedalam keanggotaan Gemeenteraad (Dewan Kota Praja) seperti Tuan J.W White yang bekerja sebagai Notaris, Dr. Militer Tuan Lamkeman dan Tuan L.H. Berg seorang pensiunan letnan kolonel dari kalangan militer dan juga ketua lembaga kesehatan Budi Rahayu. Tuan H. Berg sendiri juga pernah masuk nominasi anggota Volksraad pada periode 1927 - 1930. Tuan H. Berg pernah duduk sebagai anggota Provinciale Raad Midden - Java (Dewan Provinsi Jawa Tengah). Selain itu beberapa wakil IEV cabang Magelang juga pernah mengirimkan wakilnya untuk duduk dalam Provinciale Raad Midden - Java diantaranya seperti Letnan Kolonel NV A.P de Boer, Kepala Kantor Pendaftaran Tanah Tuan W.J.F.O de Jong dan Asisten Residen Magelang, Tuan Van der Muelen.
Terdapat beberapa catatan mengenai prestasi kaum Indo - Eropa yang terwadahi oleh IEV cabang Magelang selama masa kolonial. Kiprah IEV Magelang yang pernah ada diantaranya seperti mendukung berdirinya HBS (Hoogere Burgere School) Magelang pada 1938 dengan mengirimkan surat petisi berupa desakan kepada Direktur Pendidikan Hindia Belanda untuk segera mendirikan HBS di Magelang dan Pengumpulan dana bagi Yayasan dan Panti Asuhan milik Pa van der Steur dalam rangka peringatan hari ulang tahunnya pada 24 September 1922 dengan total donasi mencapai f 5300.

Dalam menjalankan kegiatan organisasinya, IEV Magelang suatu ketika pernah mengundang sebuah kelompok operet anak terkenal, “Asschepoester” untuk bisa tampil di Societeit de Eendracht pada 29 September 1930.

Kontroversi soal sepak terjang IEV Magelang juga pernah tercatat dalam sejarah perjalanan kotapraja. Beberapa diantaranya seperti penolakan H. Berg dan C.J Lumkeman sebagai wakil IEV di Gemeenteraad kepada Pendeta Markelijn untuk memberikan subsidi pada panti untuk orang - orang miskin dan buta di Blondo. Selain itu, dalam sebuah acara dikisahkan juga sebuah pernyataan kontroversial pernah terlontar dari mulut Tuan Chatelin sebagai wakil kantor pusat IEV pada Juli 1934 di Magelang terhadap Magelangsche Neutrale Kiesvereeniging (Asosiasi Pemilu Netral Magelang) yang mana kandidat dewan kota yang diajukan yang kebetulan juga berasal dari kalangan militer terkesan direndahkan. Maka dari itu Dewan Angkatan Darat turut memprotes pernyataan Tuan Chatelin tersebut.
Memasuki era pendudukan Jepang, aktifitas IEV sempat terhenti sementara. Pasca kekalahan Jepang, IEV yang dulunya sangat anti terhadap orang pribumi terpaksa harus merubah orientasi politiknya kepada para republikan. Namun, semuanya sudah kadung terlambat. Selama masa bersiap, tak kurang dari 20.000 orang Indo terbunuh akibat sentimen - sentimen negatif selama masa kolonial dan adanya kesalahpahaman selama masa - masa revolusi.
Sumber : Artikel Tirto “Sinyo - Sinyo Rasis Hindia Belanda”
Buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda dan Indonesia 1764 - 1962
Buku Pemikiran Militer 1 : Sepanjang Masa Bangsa Indonesia
Buku Orang dan Partai Nazi di Indonesia
Buku Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda
Jurnal Urban Citizenship : A case study of philantropy by missionaries in Magelang Municipality oleh Yudianto, UGM
Surat Kabar Bataviaasch Niewsblad 15 November 1922 dan 17 Oktober 1929
Surat Kabar Soerabaijasch Handelsblad 15 November 1941 dan 24 November 1930
Surat Kabar de Indische Courant 14 Juni 1938
Surat Kabar Het Niews van den dag voor Nederlandsch - Indie 23 Juni 1934
Wikipedia “Indo Europeesch Verbond”

Komentar