GUNUNG TIDAR : SANG PAKU PULAU JAWA

Tidar de Spijker van Java 
"Magelang terletak di tengah-tengah cincin gunung-gunung itu, di mana "Tidar" adalah gundukan cembung yang -menurut hikayat - seperti paku yang menancapkan pulau Jawa di bumi."
- MAGELANG MIDDELPUNT DEN TUIN VAN JAVA -

Salam Mblusukmen!! 
Gunung sejak zaman dulu selalu mempunyai tempat yang istimewa dalam gerak langkah peradaban bangsa Indonesia. Kedekatan emosional antara gunung dan masyarakatnya tidak hanya sebatas tempat dimana mereka tinggal dan mencari penghidupan, namun gunung juga merupakan tempat symbolik kemesraan antara manusia dan alam. 

Tidak melulu gunung – gunung yang menjulang tinggi menusuk langit layaknya Semeru, Merapi, Selamet atau Lawu yang mendominasi kisah legenda mengenai asal mula suatu gunung.  Sebuah gunung kecil bernama Tidar yang berada ditengah Kota Magelang pun juga memiliki kisahnya tersendiri.

Berbagai macam kisah dan legenda berkembang seputar asal mula Gunung Tidar. Gunung yang tersohor karena julukannya sebagai pakunya tanah jawa ini berada tepat ditengah lima gunung berapi aktif. 



Lukisan Stuers, François Vincent Henri Antoine tahun 1830-an yg dilukis diatas Gunung Tidar, memperlihatkan pemandangan persawahan yg luas di sebelah Timur Gunung Tidar dengan Gunung Merapi dan Merbabu yang saling berhadapan. Sumber : KITLV.


Berada pada ketinggian 503 m diatas permukaan air laut, sebenarnya Tidar lebih cocok disebut bukit daripada sebuah gunung. Namun demikian, warga Magelang lebih nyaman menganggapnya sebagai sebuah gunung yang sekarang ini menjadi sebuah hutan kota di jantung Kota Magelang. Tidar sudah menjadi saksi bisu dari perkembangan Magelang dari masa ke masa.

Dimulai dari zaman penjajahan Belanda, Tidar adalah lokasi sentral warga kota dengan berbagai aktifitas disekelilingnya.  Selama periode penjajahan ini pula, Tidar masih berupa bukit yang ditumbuhi rerumputan. Baru, pada tahun 1960an, program reboisasi berhasil membuat gunung Tidar banyak ditumbuhi berbagai jenis vegetasi tumbujan seperti pinus, cemara, dan salak. Beberapa satwa seperti monyet ekor panjang dan beberapa jenis burung juga bisa ditemukan dikawasan ini.
 

Puncak Tidar dengan sebuah tugu yang dibangun oleh AKMIL Magelang
Sumber : magelangonline.com

Dalam tulisan ini saya akan mencoba membagi cerita mengenai Legenda dan Mitos seputar gunung yang menjadi ciri khas Kota Magelang ini. 

Legenda dan Mitos

Syahdan, pada zaman dulu kala, pulau Jawa adalah segumpal daratan yang terombang – ambing ditengah samudra. Melihat pulau jawa yang tidak bisa tenang dan hanyut tidak menentu ini, para Dewata menancapkan sebuah pasak / paku raksasa di tengah dataran itu guna membuatnya tenang dan tidak terbawa arus samudra. Menurut kepercayaan orang jawa, paku yang para Dewata tancapkan itu adalah gunung Tidar yang dikenal sekarang ini. Secara kebetulan, posisi Gunung Tidar relative berada ditengah – tengah pulau Jawa.

Masyarakat jawa juga percaya bahwa dulunya gunung Tidar adalah sebuah gunung angker yang dihuni berbagai macam makhluk halus. ‘Jalmo Moro Jalmo Mati’ (berani datang berarti mati) adalah ungkapan yang diberikan orang – orang jawa pada zaman dahulu bagi siapa saja yang berani ke gunung Tidar. Bahkan kata Tidar sendiri adalah sebuah akronim dari frasa “nek ora mati ya modar” (kalo tidak mati ya mampus) = Tidar.  
Alkisah, Gunung Tidar dahulu adalah sebuah lokasi angker yang dihuni oleh makhluk sejenis lelembut, setan, jin, siluman, raksasa, dan sebangsanya. Konon, barang siapa yang berani menginjakkan kakinya di gunung Tidar, maka tidak segan – segan para demit dan raksasa yang berdiam di gunung ini akan memangsa mereka. Para penghuni TIdar ini dipimpin oleh seorang sosok bernama Kyai Semar. Kyai Semar dalam kisah ini ada yang berpendapat sebagai tokoh Semar yang selama ini dikenal dalam dunia pewayangan. Ada pula yang mengatakan bahwa Kyai Semar ini adalah sosok raja Jin yang kebetulan mempunyai nama yang sama dengan tokoh pewayangan Semar Ponokawan.

 

 Ilustrasi Kyai Semar
Sumber: peperonoty.com




Maka datanglah seorang ulama atau Syekh dari negeri Rum atau Turki (beberapa sumber lain menyatakan dari Irak) yang bernama Syekh Subakir. Beliau datang untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Kedatangan Syekh Subakir ke Jawa tidaklah sendirian. Beliau ditemani oleh seorang kawan yaitu Syekh Jangkung. Sebelum sang syekh berhasil menyebarkan agama Islam di tanah jawa, beliau harus menaklukkan sang penguasa gunung Tidar dahulu, yaitu Kyai Semar. Singkat cerita, dengan menancapkan sebuah tombak pusaka yang dikenal dengan nama Tombak Kyai Panjang dipuncak Tidar, para penghuni gunung Tidar berhasil ditaklukkan. Semenjak itu, gunung Tidar dan kawasan disekitarnya menjadi tempat yang aman ditinggali bebas dari gangguan makhluk halus.




Ilustrasi dari buku Jejak Historis Syekh Subakir

Konon katanya, desa ‘Trunan’ yang mana lokasinya sekarang berada di kaki gunung Tidar berasal dari kata ‘Keturunan’. Desa Trunan ini dulunya adalah lokasi dimana keturunan orang – orang yang dulu dibawa syekh Subakir sempat bermukim. Mereka turun-temurun tinggal di daerah itu dan akhirnya menjadikan desa itu bernama Trunan. 

Dalam beberapa versi cerita, dikisahkan Syekh Subakir menetap dan meninggal disana setelah berhasil mengalahkan Kyai Semar. Sedangkan dalam versi lainnya mengatakan Syekh Subakir hanya tinggal sementara di gunung Tidar sebelum beliau kembali mensyiarkan Islam ke daerah lain. Sehingga bila kita naik ke gunung Tidar, kita bisa menemukan sebuah makam atas nama Syekh Subakir. Bisa jadi itu adalah makam dari Syekh Subakir yang asli atau pula makam petilasan sang Syekh. 

  

Makam Syekh Subakir di Gunung Tidar. Makam  berbentuk benteng dengan batu bata ekspos berbentuk lingkaran.
Sumber: viva.news.co.id

Di gunung ini pula lah, kita juga bisa menemukan sebah makam yang tidak lazim panjangnya. Sebuah makam dengan panjang 7 meter yang dipercaya sebagai tempat dimana tombak pusaka Kyai Sepanjang milik Syekh Subakir berada. Dalam legenda lain, yaitu asal usul nama Magelang, Kyai Sepanjang merupakan sosok raja siluman penguasa hutan Kedu yang bersemayam di gunung Tidar yang bergelar Prabu Sepanjang. Prabu Sepanjang sebenarnya adalah jelmaan pusaka berupa tombak dari tanah Kedu yang berhasil dikalahkan oleh anak sang pendiri kerajaan Mataram, yaitu Pangeran Purboyo. Strategi pengepungan yang bernama ‘tepung gelang’ atau mengepung rapat tanpa celah seperti gelang ini berhasil mengalahkan Prabu Sepanjang Si Raja Siluman Kedu. Atas nama strategi itulah, lokasi terjadinya pengepungan Prabu Sepanjang oleh Pangeran Purboyo dijadikan nama daerah yang dikenal sebagai Magelang. Maka jangan heran jika diatas gunung Tidar terdapat sebuah petilasan Pangeran Purboyo berwujud pohon beringin raksasa yang dipagari oleh tembok sepinggang orang dewasa.

  

Makam Kyai Sepanjang
Sumber: Rudysalam18.blogspot.com



  

Petilasan Pangeran Purboyo
Sumber: Rudysalam18.blogspot.com
  


 

Petilasan Pangeran Purboyo dipuncak Gunung Tidar. Petilasan ini berada tepat dibawah pohon beringin besar dengan akar nafas yang menjuntai panjang kebawah. Petilasan dipagari oleh tembok setinggi pinggang orang dewasa.
Sumber: Foto Saddam Rajief, 7 Januari 2015 FB Grup KTM

Dibagian paling atas gunung Tidar dapat pula ditemukan makam Sang Hyang Ismoyo Jati atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Semar. Menurut sebagian orang, Kyai Semar yang dimakamkan disini bukanlah sosok jin makhluk penunggu gunung Tidar yang berhasil ditaklukkan Syekh Subakir, ataupun sosok tokoh pewayangan yang selama ini kita kenal. Melainkan sosok Semar Sang Pamomong Tanah Jawa. Makamnya terbilang unik dengan bentuk kerucut atau lebih dikenal berwujud Tumpeng berpuncak janur kuning dengan pagar persegi bersisi keliling 9 meter berbalut tulisan aksara jawa disekelilingnya. Secara filosofis, bentuk tumpeng sendiri adalah simbolisme dari ‘Tumpeng Jejeg Sejati’ yang dimaksudkan agar manusia itu harusnya senantiasa bertindak dengan benar dan selalu bersyukur kepada Rabb nya. Dengan panjang 9 meter ditiap sisi pagar makam bermakna 9 wali penyebar agama Islam di tanah Jawa. Anehnya, didalam tembok makam tumbuh sebuah pohon jati yang dibiarkan tumbuh menjulang menaungi makam sang Semar.

 

Makam petilasan Sang Hyang Ismoyo Jati atau biasa disebut Kyai Semar
Sumber: duaiket.blogspot.com

Itulah kisah mengenai Legenda dan Mitos yang berkembang mengenai Gunung Tidar, Sang Paku Pulau Jawa. Semoga bermanfaat. Salam Mblusukmen!


 

Komentar

  1. Kupikir Gunung Tidar bentuk meruncing seperti piramida, ternyata puncaknya landai banget. Yen piramide mungkin ono candi kali ya hahaha. Nice share bro ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaman Belanda pernah diperiksa mas Halim, Tidar ndak ada apa - apanya dalem e.. :(

      Hapus
  2. Sangar dowo tenan Gust tulisanmu :D hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah ane pisah jadi beberapa artikel regent, biar pembaca tidak bosan seperti baca skripsi.. :v

      Hapus
  3. Butuh berapa lama kakak untuk menulis seperti ini

    BalasHapus
  4. Belum Pernah Dapat Jackpot Slot? Cobalah Bermain Slot Kami...
    Winning303.org
    Rasakan Jackpot Setiap Hari...Dapatkan Juga Bonus Rollingan Setiap Hari....
    Seru Bukan??? Yang Pastinya Anda Tidak Akan Berpaling Lagi...

    Mainkan Permainan Lainnya Dengan 1 User ID Saja...
    1. Live Casino
    2. Poker
    3. Sportsbook
    4. Lottery/Togel
    5. Sabung Ayam

    Hubungi Segera:
    WA: 087785425244
    Cs 24 Jam Online

    BalasHapus

Posting Komentar