Salam Mblusukmen!!
Bermula dari kegagalan
Daendels dan pasukan gabungan Belanda-Perancisnya mempertahankan Jawa dari
serangan Inggris, maka pada 1811 jatuhlah pulau Jawa kedalam kekuasaan
cengkraman Inggris. Pembaguan Jalan Raya Pos dan pabrik – pabrik senjata di
Jawa ternyata tidak mampu membendung ekspedisi laut terbesar sepanjang sejarah,
setidaknya sampai pecah perang dunia II. Melalui penandatanganan Rekapitulasi
Tuntang, maka berakhir sudah pemerintahan Belanda-Perancis di bawah pimpinan
adik Napoleon Bonaparte atas Jawa. Sejak saat itulah, Sir Thomas Stamford
Raffles bertugas sebagai Gubernur Jendral atas Hinda Belanda. Setahun setelah
Inggris berkuasa atas Tanah Jawa, Kesultanan Yogyakarta dibantu Kasunanan
Surakarta melakukan pemberontakan kepada pemerintah Inggris. Pemberontakan ini
di jawab Raffles dengan sebuah penyerbuan besar – besaran yang dikenal dengan “Geger
Sepoy”. Peperangan ini mengakibatkan luluh lantaknya Kraton Yogyakarta dan
dijarahnya harta benda Keraton. Tidak hanya itu, kekalahan Kesultanan
Yogyakarta juga berakibat pada diserahkannya beberapa wilayah Kesultanan ke
tangan Inggris. Pada 1 Agusuts 1812, Dataran Kedu yang mana Magelang termasuk
di dalamnya berpindah tangan kepada pemerintahan Raffles. Penyerahan Dataran
Kedu ini menjadi awal mula perubahan pola struktur pemerintahan Tanah Jawa,
khususnya Magelang yang dulunya bercorak feodalistik menjadi tataran
pemerintahan kolonial.
Ilustrasi kejatuhan Kraton Yogyakarta dalam perang yang dikenal dengan "Geger Sepoy" antara Pasukan Inggris dan Prajurit Kraton di dinding Baluwerti.
Sumber : buahpena.fib.ugm.ac.id
Raden Mas Ngabehi Danoekromo : Bupati Pertama Magelang
Melihat posisi
Magelang yang sangat strategis ditengah – tengah pulau Jawa, maka Raffles
menjadikan Magelang sebagai pusat pemerintahan Karesidenan Kedu. Ia menunjuk
seorang resident bernama John Crawfurd untuk membenahi administrasi
pemerintahan local di Karesidenan ini. Dalam tugas interennya, Crawfurd
membutuhkan seorang pribumi untuk membantunya berurusan dengan pemerintahan lokal
lain dan kepada rakyat setempat. Maka diambilah seorang mantan asisten Patih Danurejo
III dari Yogyakarta bernama Danoekromo sebagai Bupati Pertama Magelang. Pada
tanggal 30 November 1813 resmi sudah
Danoekromo yang bernama asli Alwi Bin Said Abdar Rahim Bach Caiban (Basyaiban)
menyandang gelar Raden Mas Ngabehi Danoekromo.
Lukisan Potret Bupati Magelang Pertama, Danoekromo (Danoeningrat I) dan Istri Karya Raden Saleh. Sumber : Upload Novo Indarto 19 December 2013, FB Group KTM
Danoekromo adalah
cucu dari Patih Danurejo I dan konon merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari
Fatimah Az-Zahra. Bupati yang bernama kecil Alwi ini memulai karirnya dibidang
politik sebagai seorang pegawai Kepatihan Yogyakarta. Ia menjadi asisten Patih
Danurejo II selama kurang lebih 4 tahun antara 1799 sampai 1811. Ia juga sempat
menjadi Demang di Bojong, Kedu sampai dengan terbunuhnya Danurejo II. Akbiat
hal tersebut, ia dipanggil lagi ke Kepatihan Kraton Yogyakarta untuk mengabdi
kepada Danurejo III sampai pada akhirnya ia diminta Crawfurd untuk menjadi
Bupati pertama Magelang.
Bagi Magelang, Mas
Ngabehi Danoekromo sangat berjasa bagi cikal bakal perkembangan Magelang. Pada
awal – awal pemerintahannya, ia membangun infrastruktur utama pendirian sebuah
pusat pemerintahan baru. Layaknya kabupaten – kabupaten lain di Jawa,
keberadaan aloon – aloon, masjid dan rumah Bupati adalah satu paket komponen
penting yang mutlak harus ada dalam sebuah pusat pemerintahan. Dalam penentuan lokasi
pusat pemerintahan barunya ini, Danoeningrat tentunya tidak main – main. Konon
untuk menentukan lokasi aloon – aloon, Mas Ngabehi Danoekromno harus
berkonsultasi terlebih dahulu kepada gurunya. Menurut petunjuk sang guru, sebuah
tanah lapang diantara Desa Gelangan dan Desa Meteseh adalah lokasi yang paling
tepat sebagai pusat pemerintahan Bupati Magelang. Selain bertanah lapang,
lokasi itu juga sudah ditumbuhi pohon beringin yang membuat tanah ini sangat representatif
sebagai aloon – aloon Kabupaten. Setelah
penentuan lokasi aloon – aloon, maka Mas Ngabehi Danoekromo mulai mendirikan
rumah bupati (regentswoning) disebelah utara aloon – aloon dan sebuah Masjid
Agung (Groote Moskee) dibarat aloon - aloon.
Foto tertua Groote Moskee (Masjid Agung) Kauman pada 1864 saat awal - awal pembangunan aloon - aloon Magelang.
Sumber : KITLV
Foto Pendopo rumah Bupati Magelang pada 1866 yang atapnya berbentuk piramid.
Sumber : KITLV
Setelah kurang
lebih tiga tahun menjabat sebagai Bupati Magelang, Raden Mas Ngabehi Danoekromo
harus mengalami gejolak politik antara Inggris dan Belanda. Perjanjian London
yang berisi penyerahan kembali semua bekas jajahan Belanda yang pernah direbut
Inggris membuat Magelang kembali ke tangan Kerajaan Belanda. Penyerahan
kekuasaan Inggris ini terjadi di Benteng Willem I Ambarawa pada 19 Agustus
1816. Dibawah pemerintahan Belanda ini, Raden Mas Ngabehi Danoekromo kembali
diangkat menjadi Bupati Magelang dengan gelar Raden Tumenggung Aryo
Danoeningrat (Danoeningrat I).
Sebuah surat yang menceritakan mengenai gangguan keamanan yang dialami masyarakat Kedu dari Regent Menoreg pada 12 Juli 1825. Tahun ini adalah awal - awal pecahnya perang Jawa. Sumber : Upload Achyani Tjokrodimedjo 13 Maret 2014, Fb Group KTM
Semasa
pemerintahannya pula sebuah perang akbar melawan penjajah pecah. Perang Jawa
(Java Oorlog) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro menjalar keseluruh pelosok
Jawa tidak terkecuali Magelang pada bulan Juli 1925. Rakyat di sebelah timur
Pisangan dan Barat Magelang serempak mendukung perjuangan sang Pangeran melawan
Belanda. Di Distrik Probolinggo, sekitar 55.000 orang berkumpul dan menyerbu
pusat kabupaten Magelang kedudukan Danoeningrat I. Serangan terhadap pusat
kabupaten ini dipimpin oleh dua orang putra Kepala Distrik Kradenan, Kedu
Selatan, yaitu Mertawijaya dan Raden Tumenggung Sumadirja. Pusat Kabupaten yang
pada waktu hanya dijaga oleh 50 orang serdadu Belanda tentu tidak mampu
menghadapi serbuan ribuan orang. Akibatnya, rumah – rumah milik pejabat Belanda
banyak yang habis terbakar.
Ilustrasi pergerakan pasukan yang melintasi areal persawahan selama terjadinya perang Diponegoro. Sumber : ensiklo.com
Sikap
Danoeningrat I yang condong kepada pemerintah colonial Belanda membuat ia
mengambil keputusan untuk mendeklarasikan perang terhadap Pangeran Diponegoro. Serangan
balasan terhadap para pendukung Pangeran Diponegoro ini terjadi di pos Kalijengking,
Dimoyo (sekarang menjadi Jumoyo). Pertempuran di Dimoyo ini langsung dipimpin
oleh Danoeningrat I beserta 2000 pasukan aliansi Jawa – Belanda. Ia berhadapan
dengan Secanegara dan Kertanegara dengan tambahan 363 pasukan Bulkiya dari
Selarong.
Sebuah ilustrasi benteng yang berada di Tempel, jalan perbatasan Jogja - Magelang selama pernag Diponegoro. Kemungkinan lokasi benteng berada di tepi Kali Krasak. Pembangunan benteng - benteng di Jawa bagian tengah dan timur oleh Jendral de Kock merupakan strategi untuk menghambat taktik grilya sang pangeran. Strategi ini lebih dikenal dengan Benteng Stelsel. Sumber : KITLV
Pertempuran dahsyatpun
terjadi selama beberapa hari di Dimoyo, bedung dan gamelan bertalu – talu membuat
mental pasukan Danoeningrat I jatuh mental. Serempak pasukan Bulkiya maju
menghununskan keris dan tombak kearah moncong – moncong senapan Belanda. Hanya tiga
kali tembakan meriam saja yang berhasil mereka lesatkan kearah pasukan Bulkiya
yang tak kenal takut ini.
Sketsa pertempuran antara parajurit Diponegoro dan serdadu Belanda. Pasukan Diponegoro biasanya berperang dengan menggunakan duaja berbentuk Erucakra (Ratu Adil) yang berupa matahari dan panah. Sumber : Kiblat.net
Sang pemimpin
pasukan Belanda, Letnan Hilmer terluka parah pada 28 September 1826. Bersamanya
beberapa pasukan Belanda mereggang nyawa ditangan pasukan Bulkiya. Nasib
berbeda dialami sang Bupati Magelang, dua hari setelah pertempuran dahsyat itu
pecah yaitu pada 30 September 1826, Sang Bupati Magelang, Raden Aryo Tumenggung
Danoeningrat I tewas dipenggal. Kepalanya kemudian dibawa ke Selarong dan
diterima oleh Sentot Alibasyah Prawirodirjo yang konon masih berkerabat dengan
Danoeningrat I. Dibunuh dengan cara dipenggal tidak lain adalah perintah sang
Pangeran sendiri yang dalam suratnya menyatakan bahwa siapa saja yang mendukung
penjajah Belanda akan dipenggal kelapanya. Selain itu, konon Danoeningrat I juga
dipercaya mempunyai kesaktian ilmu rawa rontek dimana jika tidak dipenggal atau
dipisahkan antara tubuh dan kepalanya ia bisa bangkit kembali. Para keturunan
Danoeningrat I kemudian memberi julukan kepada sang Bupati pertama Magelang ini
dengan nama Eyang Sedo Perang. Danoeningrat I meninggalkan seorang anak bernama
Hamdani Bin Alwi Bach Chaiban (Basyaiban) yang bekerja sebagai pegawai
pemerintah Belanda di Pekalongan sebagai Wakil Kolektor Penghasilan Negeri.
Kelak, Ia akan diangkat sebagai Bupati Kedua Magelang pengganti sang ayah. Pada
tahun 1971, setelah diadakan acara wayangan dan ruwatan di Selarong, potongan
kepala Bupati pertama Magelang ini berhasil ditemukan dan akhirnya disatukan
kembali bersama badannya dan dipemakaman Keluarga di Payaman, Magelang.
Demikianlah kisah
perjalanan hidup sang Bupati Pertama Magelang, Danoeningrat I. Ia adalah orang
yang berjasa dalam pendirian Nagari Magelang yang harus tewas dengan cara dipenggal pada masa Perang Jawa. Walaupun menurut keturunan Danoeningrat peran sang Bupati pertama Magelang itu mendukung Belanda pada perang Jawa masih bisa diperdebatkan, namun yang jelas diluar semua kontroversi yang
menyelimuti kisah sang Bupati, Danoeningrat adalah sosok manusia yang pertama membangun Magelang. Semoga tulisan ini member manfaat bagi pembaca.
Salam Mblusukmen!!
Makam di payaman sebelah mana ya mas?
BalasHapushttps://www.google.com/maps/dir//H6FH%2B964,+Unnamed+Road,+Gembongan,+Payaman,+Kec.+Secang,+Kabupaten+Magelang,+Jawa+Tengah+56195/@-7.4266041,110.1456853,12z/data=!3m1!4b1!4m8!4m7!1m0!1m5!1m1!1s0x2e7a8425ab792a3b:0xa6368270cbcb7363!2m2!1d110.2280872!2d-7.4266117?entry=ttu
HapusAlamat: H6FH+964, Unnamed Road, Gembongan, Payaman, Kec. Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56195
Makam Payaman yang dimaksud mungkin ada disebelah barat masjid besar Payaman yang terletak ditepi barat jalan raya Magelang -- Semarang. Bisa ditanyakan kepada warga disekitar tempat itu.
BalasHapusPOKERVITA
BalasHapusJUDI ONLINE TEXAS POKER
Juga Taruhan Kartu Tradisional Sakong Online
Bayar Pakai GoPay
Anda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vita
Situs Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain
Kami Terima semua BANK Nasional dan Daerah, OVO&GOPAY Deposit dan Penarikan Dana. Untuk permasalahan apapun Anda selalu dapat menghubungi Tim Support kami, Kami online 24 jam/7 hari untuk menjawab pertanyaan Anda dan menangani masalah apapun.
Whatsapp : 0812-222-2996