Awal Mula Bisnis Keluarga Loze
Foto recolor dari mas @wisnudewa69
Sebagai kawasan yang strategis nan indah, Magelang sudah tentu menjadi kawasan yang cukup menarik untuk disinggahi. Berada di kawasan peggunungan yang berhawa sejuk yang ditambah juga dengan terdapatnya tinggalan peradaban kuno serta pusat militer, membuat Magelang menjadi daerah yang cukup menarik bagi kalangan militer dan peneliti. Tentu saja para pelintas asing dan pelancong yang datang berkunjung ke Magelang tersebut membutuhkan tempat untuk singgah dan menginap. Salah satu penginapan tua yang ada di Magelang adalah Lodgement milik keluarga Loze.
Berdasarkan surat kabar Het Niewsblad voor Sumatra yang terbit pada 3 September 1954, sebidang tanah di timur alun - alun Magelang seluas 3000m pernah dimiliki oleh Trientje van Bommel pada 1862. Tanah tersebut dikatakan masih kosong dan belum berbentuk hotel. Berdasarkan surat kabar Rotterdamsche Courant, Pada tahun 1864, seorang anak bernama A.C Loze buah pernikahan van Bommel lahir. Dari keluarga Loze inilah bisnis penginapan yang mulai dirintis sejak dulu mulai berkembang dan berevolusi menjadi hotel yang terkenal.
Jika dirunut lebih jauh konon sebuah iklan mengenai Hotel Loze pernah muncul dengan menyebutkan bahwa bisnis penginapan tersebut sudah ada dan berdiri sejak tahun 1840. Jika benar demikian, maka usaha jasa penginapan milik keluarga Loze tumbuh dan berkembang dari sebuah pesanggrahan (Lodgement) yang kemudian menjadi hotel yang dikelola secara kekeluargaan dan pada era 1930an menjadi sebuah hotel modern.
Iklan dengan nama “Hotel Loze” tertua yang berhasil saya temukan muncul dalam surat kabar de Locomotief terbit pada 2 Juli 1877. Iklan lain mengenai eksisnya Hotel Loze muncul dalam surat kabar yang sama pada 20 Desember 1892. Disebutkan bahwa seorang dokter gigi bernama G.A.C Hubers van Assenrad membuka praktiknya di hotel tersebut selama kurang lebih dua minggu saja. Sayangnya iklan - iklan tersebut hanya menyebutkan sudah adanya Hotel Loze, bukan iklan promosi mengenai layanan hotel.
Gambaran mengenai fasilitas dan pelayanan Hotel Loze mulai dapat tergambarkan melalui iklan - iklan surat kabar baik dari De Locomotif dan Bataviaasch Niewsblad antara tahun 1894 hingga 1907. Kebanyakan fasilitas yang ditawarkan melalui iklan tersebut adalah kamar dan lokasi hotel yang luas, pelayanan yang cepat dan bagus, serta makanan yang lezat. Antara tahun tersebut manajemen Hotel Loze berada dibawah kepemimpinan Nyonya Pellis.
Selain itu, Pasca terhubungnya jalur kereta api antara Vorstenlanden (Yogyakarta) - Magelang, jumlah pelancong yang berpergian dan datang ke Magelang pun kian meningkat. Kesempatan itu sudah barang tentu tidak dilewatkan oleh manajemen Hotel Loze untuk mempromosikan hotelnya. Dalam surat kabar Bataviaasch Niewsblad yang terbit pada 24 April 1903, sebuah peta jalur kereta api Jawa - Madura ditampilkan secara penuh, lebih dari setengah halaman koran. Didalamnya terdapat daftar hotel - hotel se-Jawa dan Madura yang dekat dengan jalur kereta api dimana salah satu diantaranya adalah Hotel Loze Magelang.
Pada tahun 1905, tanah milik Trientje van Bommel yang sekarang sudah berdiri Hotel Loze tersebut dibagi lima bagian kepada kelima anaknya, maka sejak itu beridirilah sebuah perusahaan profesional dengan nama N.V. Bouw en Hotel Mij. Loze oleh Tuan Th. I.D Loze. Berdasarkan surat kabar Het Niews van den dag voor Nederlandsch Indie yang terbit pada 5 April 1905, tujuan didirikannya perusahaan baru ini antara lain memiliki sumber daya yang cukup untuk mendirikan rumah dan bangunan lainnya, serta mengeksploitasi lahan dan bidang tanah. Bangunan yang kemudian sudah didirikan selanjutnya bisa dibeli atau disewakan. Selain itu, Bouw an Hotel Mij Loze juga berencana untuk mengakuisisi Hotel Centrum dengan modal awal perusahaan sebesar NLG 140.000 yang dibagi kepada 280 saham dengan harga NLG 500.
Perkembangan Bisnis Keluarga Loze
Semenjak berubah statusnya menjadi perusahaan publik N.V Bouw en Hotel Mij. Loze pada tahun 1905, bisnis perhotelan mulai dikembangkan secara lebih optimal. Sebagian bidang tanah mulai dibangun dan dikembangkan untuk lahan hotel sedangkan petak tanah dibelakang hotel tidak dibangun. Keluarga Loze pada saat itu juga berbaik hati mengizinkan staff hotel dan keluarganya yang bekerja di Hotel Loze untuk membangun rumah mereka tanpa harus membayar sewa dipetak tanah yang tidak dibangun tersebut. Setidaknya hingga tahun 1950an, terdapat 30 rumah tinggal dibelakang Hotel Loze tersebut. Sebuah kampung barupun muncul disana dengan nama Kampung Losmenan, yang berasal dari nama Hotel Loze milik keluarga Loze.
Memasuki tahun 1917, perusahaan N.V. Bouw en Hotel Mij Loze nampaknya mengalami perombakan. Entah apa yang terjadi namun berdasarkan surat kabar Het niews van den dag voor Nederlandsch Indie tertanggal 12 Desember 1917, seorang Filantropis terkenal di Magelang bernama J.M.J van Eijck membeli semua warisan milik keluarga Loze yang mana didalamnya termasuk Hotel Loze, Hotel Centrum dan delapan buah rumah. Belum jelas apakah keluarga Loze masih menjadi pemegang saham mayoritas atau mengelola Hotel Loze.
Yang pasti berdasarkan surat kabar de Preanger Bode yang terbit pada 31 Maret 1909, Tuan Loze sudah terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota dewan kotapraja (Gemeenteraad) Magelang dan terpilih kembali menjadi anggota dewan pada 1918. Surat kabar de Indische Courant yang terbit pada 22 Agustus 1924 mengatakan bahwa Tuan Loze juga mempunyai andil yang cukup besar sebagai anggota gemeenteraad dalam terwujudnya Balai Kotapraja (Raadhuis) yang baru didirikan.
Terlepas apakah Tuan Loze dalam hal ini masih bekerja mengurusi manajemen Hotel Loze ataukah tidak, yang pasti tarif Hotel Loze pada tahun 1924 berada dikisaran harga f 7.50 dan f 6.50 perhari dan apabila tinggal selama 1 bulan tarif hotel berkisar antara f 150, f 125 dan f 100. Berdasarkan iklan promosi hotel yang terdapat dalam surat kabar De Preanger Bode, fasilitas Hotel Loze ditahun tersebut sudah mencakup kamar yang nyaman dengan elektrifikasi yang baik dan suplai air leideng yang cukup. Ditambah lagi trem uap jalur Magelang - Jogja - Ambarawa - Temanggung juga berhenti persis di depan Hotel, sehingga sangat memudahkan tamu hotel untuk beraktifitas.
Fasilitas lain yang cukup mewah dan membedakan Hotel Loze dibandingkan dengan hotel - hotel lain di Magelang adalah terdapatnya kolam renang modern yang ada di bagian belakang hotel. Ukuran kolam renang tersebut kurang lebih 30m x 20m dengan kedalaman 1m - 3m dengan air kolam renang yang berasal dari air leideng kota yang memang sudah ada sejak tahun 1920. Keberadaan kolam renang di Hotel Loze ini pernah juga membuat beberapa kalangan di Kotapraja Magelang mendesak dan memprotes pemerintah Kotapraja untuk bisa juga menyediakan kolam renang serupa pada tahun 1939.
Hilangnya Bisnis Keluarga Loze
Reputasi Hotel Loze yang baik dari waktu ke waktu membuat tingkat okupansi cukup baik. Banyak para tamu hotel dari berbagai kalangan dan latar belakang pernah menginap di hotel ini. Lantas, siapa sajakah tamu - tamu yang pernah menginap di Hotel Loze?
Tercatat Sunan Pakubuwono X sangat gemar menginap di Hotel Loze ketika sedang pesiar di daerah Kedu, Magelang pada khususnya. Berdasarkan data yang bisa saya himpun, setidaknya beliau pernah empat kali singgah di Hotel Loze.
Berita tentang menginapnya Sunan Pakubuwono X di Hotel Loze ditemukan pertama kali dalam surat kabar Bataviaasch Niewsblad yang terbit pada 29 Juli 1911. Pada kunjungannya tersebut, Suanan PB X datang bersama dengan 36 orang rombongan dan menginap selama beberapa hari di Hotel Loze. Setalah kunjungan pertamanya tersebut, nampaknya Suanan cukup terkesima dan puas terhadap layanan hotel tersebut sehingga pada kunjungan Sunan tahun 1924, beliau menginap di Hotel Loze kembali. Dalam kunjungannya tersebut, Sunan PB X datang ke Magelang untuk menemui Jendral Weber. Sunan PB X menyewa 18 kamar untuk para rombongan sebelum beliau berangkat ke Temanggung dan pulang lagi ke Solo.
Dua tahun berikutnya, pada bulan Februari 1926, Sunan Pakubuwono X datang lagi ke Magelang bersama Kanjeng Ratu Hemas menggunakan mobil. Dalam kesempatan ini, Sunan Pakubuwono bertemu dengan Raden Tumenggung Ario Danusugondo, Bupati Magelang ke-5 dan Jendral Militer di Garnisun Magelang. Selama kunjungannya di Magelang, Sunan kembali lagi menginap di Hotel Loze selama dua hari serta dilanjutkan dengan bersantai di resort Kali Bening.
Dalam berita yang tertulis pada surat kabar Het niews van den dag voor Nederlandsch-Indie, Sunan kembali mengunjungi Magelang pada bulan Mei 1937 bersama dengan keluarga besarnya. Dalam rombongan tersebut ikut serta Ratu Hemas dan Ratu Pembayun putri beliau. Rombongan keluarga sunan Pakubuwono X kali ini sangatlah besar sehingga kamar - kamar di Hotel Loze tidak mencukupi. Dua puluh orang rombongan lainnya dimana didalamnya termasuk Pangeran Tjokrokoesoemo terpaksa harus menginap di Hotel Montagne di bilangan Grooteweg Noord Pontjol.
Dalam kunjungan terakhirnya di Magelang tersebut, Sunan Pakubuwono X disambut oleh Bupati Magelang Raden Adipati Ario Danoesoegondo dan Jendral G.A. Ingen. Sebuah pertunjukan tari golek pun dihelat untuk menjamu Sunan dan rombongan yang sedang berkunjung tersebut. Bahkan salah satu cucu sunan yang masih balita ikut naik ke atas panggung dan menari.
Hotel Loze ternyata tidak hanya digunakan para tamu untuk menginap. Berdasarkan surat kabar de Indische courant yang terbit pada 24 Maret 1928, Hotel Loze pernah menjadi tempat rapat bagi para anggota perkumpulan Indo Eropa (Indo Europesche Verbond - I.E.V).
Pada tanggal 28 September 1931, Tuan T.J.A Loze menghembuskan nafas terakhirnya. Kabar yang mendadak tersebut sudag barang tentu mengagetkan semua pihak. Tak terkecuali salah satu mandor tua yang sudah lama merawat Tuan Loze sejak kecil. Berdasarkan surat kabar Soerabaijasch Handelsblad, sang mandor tua tersebut ikut meninggal secara mendadak pasca mendapat kabar kematian Tuan Loze.
Sepeninggal Tuan Loze, manajemen hotel melakukan perombakan besar - besaran dan membangun gedung hotel yang baru dan megah disebelah selatan hotel pada tahun 1932. Gedung baru tersebut dibangun dua lantai dengan kapasitas 32 kamar dengan bentuk art deco yang modern. Sayangnya ketika tentara Jepang masuk pada bulan Maret 1942, patut diduga operasional hotel tersebut tidak bisa berjalan semestinya.
Memasuki era kemerdekaan, lebih tepatnya saat Agresi Militer Belanda ke II berlangsung, kompleks Hotel Loze tidak luput dari aksi bumi hangus para pejuang Magelang yang bergerak meninggalkan kota. Tidak hanya Hotel Loze saja yang hangus dan porak poranda, berbagai gedung pemerintah dan swasta serta fasilitas publik lainnya pun ikut hancur.
Setelah pengakuan kedaulatan, bekas gedung Hotel Loze pernah digunakan sebagai asrama polisi. Pada tahun 1989 bangunan eks Hotel Loze pernah dijadikan Hotel Panghegar sebelum dibongkar dan didirikan sebuah pusat swalayan modern Matahari Mall. Bagian tengah yang dulunya adalah lobby hotel dibongkar dan dialih fungsikan sebagai Bioskop Magelang Theater.
Hanya sedikit sisa - sisa bangunan Hotel Loze yang masih bisa terlihat sekarang. Seperti pintu masuk kolam renang di Kampung Losmenan dan bagian hotel di sisi utara yang sudah berubah menjadi toko. Tahun ini bekas Hotel Loze bagian tengah sedang dibongkar dan akan dibangun oleh Pemerintah Kota Magelang menjadi sebuah pusat kuliner yang konon termegah. Kita lihat saja, apakah bangunan baru yang katanya “termegah” itu akan menjadi bangunan yang selaras dengan citra kawasan ataukah akan mengkerdilkan bangunan - bangunan tua lain di Kota Magelang.
- Chandra Gusta Wisnuwardana -
Komentar
Posting Komentar