STADSWACHT MAGELANG : Pertahanan Sipil Kota yang Tak Sempat Berperang

parade stadswacht di Batavia

Melihat situasi dunia yang kian karut marut pasca invasi Hitler atas negara - negara Eropa dan pencaplokan Jepang atas Manchuria, maka pemerintah kolonial Hindia Belanda pun ikut mersepon situasi politik global tersebut dengan membentuk satuan sipil sebagai bagian dari pertahanan negara. Maka pada pertengahan 1940, sebuah kesatuan pasukan baru bernama STADSWACHT (pertahanan sipil kota) dibentuk. Stadswacht sendiri membuka peluang bagi siapa saja yang ingin mendaftar dan menjadi bagian dari pertahanan negara secara sukarela. Tentunya hal tersebut cukup menarik untuk dicermati karena kesatuan militer Belanda saat itu sebagian besar berasal dari timur Hindia seperti Ambon dan Minahasa.
Para anggota Stadswacht ini mendapatkan kepelatihan militer dan juga persenjataan ala KNIL. Menjelang invasi Jepang pada 1942, mereka ditempatkan di barak - barak didekat garis pertahanan.
Lalu, kapan persisnya Stadswacht Magelang dibentuk? Berdasarkan surat kabar Bataviaasch nieuwsblad, Stadswacht Magelang secara resmi dibentuk pada 15 Agustus 1941. Tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga Rust en Order (Ketertiban dan Keamanan) di Gemeente Magelang. Peresmian stadswacht Magelang sendiri dihadiri semua pejabat sipil dan militer seperti Walikota Nessel van Lissa, Bupati Magelang yang baru R. Said Prawirosastro, Residen Kedu, Komandan Garnisun Magelang, Perwakilan Etnis Tionghoa dan para pejabat Korps Pangreh Praja lainnya.
Potongan berita dari surat kabar Bataviaasch Niewsblad
Pada tanggal 6 November 1941, Stadswacht Magelang mendapatkan bantuan berupa ambulans dari pemerintah di Bandung. Ambulans itu dikendarai oleh dua perempuan luar biasa bernama Nyonya Durij van Beestholle dan Van Gulik. Perjalanan mereka tempuh dengan mengambil rute dari Bandung ke Semarang dan akhirnya ke Kota Magelang. Mereka berdua mendapat sambutan yang meriah dari warga Magelang.
Pasca penyerangan Jepang atas pangakalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, Pemerintah Gemeente Magelang pun dengan cepat melakukan konsolidasi intern pada 23 Desember. Pertemuan yang diadakan di Pendopo Regentswoning Magelang ini mengundang kurang lebih 70 asosiasi dan delegasi perkumpulan yang ada di Magelang untuk membahas perkembangan situasi dunia saat itu.
Residen Kedu dalam pertemuan itu meminta dukungan para hadirin yang datang baik secara material ataupun spiritual untuk membantu pemerintah menjaga keamanan Magelang. Bupati Magelang pun, R. Said. Prawirosastro meminta agar para hadirin untuk mau bergabung kedalam Stadswacht. Permintaan Bupati tersebut mendapatkan respon positif dan secara spontan para hadirin mau bergabung dalam kesatuan pertahanan sipil tersebut.
poster stadswacht
Mendekati kedatangan pasukan Jepang di Jawa, pada tanggal 19 Januari 1942 sebuah upacara besar dilangsungan di Magelang dalam rangka gelar pasukan Stadswacht. Dalam acara tersebut Jendral Cox dari Garnisun Magelang atas nama pemerintah Kolonial dan Militer secara resmi menerima stadswacht sebagai bagian dari kesatuan militer Hindia Belanda. Walikota Nessel pun merasa sangat gembira dan mengucapkan banyak terima kasih kepada masyarakat Magelang dan juga kepada Kapten Voskuyl, Komandan Stadswacht Magelang. Acara itu kemudian ditutup dengan parade defile pasukan stadswacht.
Pun, sekeras-kerasnya pemerintah Belanda berusaha mempertahankan Hindia Belanda, usaha tersebut tetaplah sia-sia belaka karena pada akhirnya Jepang menyapu segalanya. Kurang dari dua bulan berikutnya, yaitu pada 1 Maret 1942, bala tentara Jepang berhasil mendaratkan pasukannya di Pantai Utara Jepara. Gerak laju pasukan Jepang pun tak terbendung lagi sejak saat itu. Pada tanggal 3 Maret Purwodadi jatuh, kemudian disusul Surakarta dan Yogyakarta pada 5 Maret. Akhirnya, pada tanggal 6 Maret, Magelang pun menyerah tanpa perlawanan. Selang dua hari di Kalijati, Subang, Gubernur Jendral Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh dan Jendral Ter Poorten bertemu Letjen. Hitoshi Imammura. Kapitulasi Hindia Belanda pun tak bisa dihindarkan lagi dan semenjak saat itu sejarah bangsa ini pun berubah selama-lamanya.
- Chandra Gusta W -

Komentar