KEBAKARAN GERBONG KERETA N.I.S DAN KEPANIKAN DI MASA PERANG


Tonggak sejarah perkertaapian di Magelang sudah dimulai sejak lama yaitu ketika jalur KA Magelang-Yogyakarta diresmikan pada 1 Juli 1898 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Karena tingginya antusiasme dan semakin maraknya lalu lintas arus barang dan jasa antara kawasan Kedu, Semarang, dan Vorstenlanden, maka berturut - turut jalur kereta barupun mulai dibuka dan dihubungkan. Sehingga Jalur KA Magelang-Secang mulai beroperasi pada 15 Mei 1903, kemudian dilanjutkan dengan jalur Secang-Temanggung pada 3 Januari 1907, disusul Secang-Ambarawa pada 1 Februari 1905, dan yang terakhir Temanggung-Parakan pada 1 Juli 1907.
Dengan semakin banyaknya jalur kereta api yang dibuka dan arus perpindahan manusia dan barang yang kian meningkat, maka kasus - kasus kecelakaan, kriminalitas, dan kejadian - kejadian unik dan menarik seputar moda transportasi kerta api ini menjadi sering terjadi. Terlebih lagi kejadian menghebohkan Magelang yang sempat diberitakan oleh surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië yang terbit pada 12 September 1939 seperti berikut.
Dikisahkan sebuah kebakaran didalam salah satu gerbong kereta milik N.I.S terjadi pada hari Kamis pukul 06.00 petang didekat Stasiun Magelang - Kotta. Hal tersebut disebabkan karena barang - barang yang kebetulan sedang diangkut N.I.S adalah barang yang berbahan baku getah.
Mengetahui hal tersebut, Sang masinis kemudian menghentikan laju keretanya di dekat Ijsfabriek (pabrik es) milik keluarga berkebangsaan Perancis, Tuan Chevalier dan langsung melakukan upaya pemadaman secepatnya. Untungnya, api dapat segera dijinakkan dan Sang Masinis membawa gerbong bekas kebakaran itu ke Stasiun Magelang - Kotta untuk bisa diperbaiki. Akibat kejadian ini, kereta tertunda selama 10 menit dari jadwal yang semestinya.
Kejadian yang seharusnya tidak menjadi perhatian luas masyarakat Magelang ini justru menjadi pemicu kepanikan masal ketika sirine serangan udara diatas Watertoren (Menara Air) di alun - alun Magelang ikut dibunyikan. Otomatis, warga Magelang berhamburan menyelamatkan diri dengan berlari, bersepeda, atau mengendarai mobil. Para personel polisi dan pemadan kebakaran beramai - ramai mengarahkan masyarakat ke tempat yang aman (lapangan “den brand” ?)
Sirine serangan udara di alun - alun kota sendiri selama beberapa hari terakhir memang sering berbunyi
dikarenakan situasi panas yang terjadi di Eropa. Sebagaimana yang sudah diketahui, pergolakan perang akbar yang lazim disebut Perang Dunia II sudah berlangsung selama 10 hari. Maka dari itu, hal - hal yang berkaitan dengan rust en order (ketertiban dan keamanan) menjadi hal yang utama di kawasan koloni - koloni eropa di dunia, tak terkecuali Magelang. Kota Magelang dibawah Walikota Nessel van Lissa sudah mulai mengantisipasi dan mempersiapkan warga Magelang dengan hal - hal terburuk yang bisa terjadi mengingat di Asia sendiri, Jepang juga mulai menginvasi negara - negara di Asia Timur. Salah satu usaha Nessel untuk menjaga kota Magelang salah satunya adalah dengan pemasangan sirine besar di atas Watertoren alun - alun.


- Chandra Gusta W -



Disarikan dan diintepretasikan ulang dari surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië yang terbit pada 12 September 1939.

Komentar