Munculnya krisis ekonomi dan politik yang parah pasca Perang Dunia I pada dekade 1930 (malaise), menyebabkan munculnya sebuah ideologi antitesis demokrasi di Benua Eropa. Fasisme dan Nazisme yang tumbuh di Italia dan Jerman menjelma sebagai solusi atas kesulitan - kesulitan yang timbul akibat resesi ekonomi. Bukan hanya itu, Fasisme juga mengobral janji - janji romantisme untuk mengembalikan kejayaan masa lalu yang pudar akibat Perang Dunia I. Di Belanda sendiri, partai Nationaal Socialistische Beweging (NSB) yang berafiliasi dengan Nazi Jerman dibentuk oleh Ir. Mussert pada 1931 dan cabang partai fasis NSB di Hindia Belanda (Indies NSB) dibuka pada 1934. Partai ini dikenal sebagai partai terkuat dan terkenal dibandingkan partai - partai ultranasionalis sejenis di negeri Belanda.
Di Hindia Belanda, idelologi ini banyak menarik simpati para keturunan Indo-Eropa dan Belanda totok yang merasa terdampak akibat resesi ekonomi malaise 1930 ini. Mereka yang secara strata sosial berada pada tingkat yang lebih tinggi dibanding kaum bumiputra, merasa perlu untuk mempertahankan eksistensinya ditengah krisis yang tengah melanda.
Selain masalah ekonomi, Partai ini juga sangat menentang berkembangnya nasionalisme kaum pergerakan di Hindia Belanda serta menganggapnya sebagai turunan agitasi ekstrimisme dari paham komunis. Atas hal – hal itu, maka NSB bermaksud untuk mempertahankan Hindia Belanda dengan sikap otoritarian dan bertangan besi. Atas posisi politiknya yang demikian inilah, maka tidak heran banyak orang – orang Belanda yang simpatik dan mendukung partai ini, terutama golongan konservatif reaksioner Belanda.
Sebenarnya, Banyak diantara orang - orang Indo dan Belanda totok ini yang bergabung pada beberapa partai dan perkumpulan berhaluan fasis lain seperti Nederlandsch Indische Fasciaten Organisatie (NIFO) dan Fascisten Unie. Namun, Indies NSB lah yang agaknya paling gencar dan vokal dalam gerakan penyebaran ideologi fasisme ini. Hal tersebut dibuktikan dengan kunjungan pendiri NSB Belanda, Sang Leider, Ir. Anton Mussert, ke Hindia Belanda selama dua bulan ke antara tanggal 16 Juli – 2 September 1935.
Gemeente Magelang dengan populasi warga eropa ke-9 terbesar se-Hindia Belanda dengan jumlah 4500an jiwa pada 1935 menjadi salah satu kantong suara potensial bagi partai ini. Sejak tahun 1934, Indies NSB sudah bergeliat dan banyak merekrut anggota di Magelang dengan penyebaran brosur - brosur dan buku tentang fasisme. Bahkan surat kabar De Sumatra Post pada 5 Februari 1935 memberitakan bahwa Indis NSB di Magelang pernah mengadakan pertemuan di Bioskop Alhambra dengan perkumpulan para pensiunan Hindia Belanda ( Nederlandsche Indische Pensioen Bond ). Acara itu dihadiri kurang lebih 600 orang peserta yang mana 100 orang diantaranya adalah warga kulit putih. Disana Sang ketua perkumpulan NIPB meminta para anggotanya untuk bergabung dengan NSB. Acara itu juga menghadirkan tokoh terkenal Magelang seperti Pa van Der Steur.
Sebelum kedatangannya di Magelang pada tanggal 9 Agustus 1935, Mussert sudah terlebih dulu mengunjungi kota - kota di Jawa Timur seperti Malang dan Surabaya dan kemudian terbang dengan Fokker milik KNlLM ke Semarang. Dari Semarang, Mussert berkendara dengan mobil menuju Magelang dan mengunjungi Panti Asuhan milik Pa Van der Steur. Disana, ia memberikan sumbangan bagi panti asuhan karena telah banyak membantu anak - anak yang terlantar. Setelah dari sana, ia melanjutkan lawatannya di Magelang dengan berwisata ke Candi Borobudur sebelum akhirnya ia beranjak ke Yogyakarta. Safari Politiknya keliling Hindia Belanda ini mampu meningkatkan jumlah keanggotaan NSB di Hindia Belanda sebesar 10% atau kurang lebih 5000 orang. Sebagian besar dana sumbangan bagi partai NSB ini juga berasal dari Hindia Belanda.
Kegiatan Indies NSB di Magelang kian berani menampakkan aktifitasnya didepan publik pasca kunjungan Ir. Mussert. Salah satunya adalah parade partai di alun - alun Kota Magelang yang berlangsung pada 6 September 1938. Indies NSB dalam acara tersebut diundang oleh komite Oranye untuk memberikan penghormatan dihadapan Residen Kedu dalam rangka perigatan Hari Ratu.
Para anggota NSB ini berseragam khas hitam - hitam layaknya para anggota SS Nazi di Jerman. Mereka berbaris rapi lengkap dengan panji - panji Indies NSB dan bendera Triwarna Belanda. Dengan banyaknya warga yang ikut serta dalam parade tersebut, sudah dapat dipastikan bahwa NSB, sebagai afiliasi Nazi di Hindia Belanda memiliki pengaruh yang cukup besar di Magelang.
Setelah penyerangan Nazi Jerman pada 10 Mei 1940 atas Belanda, perubahan dramatis langsung terjadi di Hindia Belanda terhadap Indies NSB. Media – media di Hindia Belanda langsung menghujat habis – habisan partai ini. Para anggota partai ini langsung diburu dan ditangkapi oleh para serdadu KNIL pribumi yang rata – rata orang dari Ambon. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para pribumi bisa melakukan tindakan kekerasan secara legal terhadap warga kulit putih. Supremasi kulit putih atas para inlander runtuh sudah untuk selamanya. Pada tahun 1940 ini, Indies NSB hanya meninggalkan 1.100 orang anggota dengan 700an simpatisan partai di seluruh Hindia Belanda.
- Chandra Gusta W -
Sumber :
Buku Orang Nazi dan Partai Nazi di Indonesia oleh Wilson
Buku Nazi di Indonesia oleh Nino Oktorino
Surat Kabar Volk en vaderland : weekblad der Nationaal-Socialistische Beweging in Nederland, 7 September 1938
Surat Kabar Volk en vaderland : weekblad der Nationaal-Socialistische Beweging in Nederland, 24 Agustus 1935
Surat Kabar De Sumatra Post, 16 November 1934
Surat Kabar De Sumatra Post, 5 Februari 1935
Komentar
Posting Komentar