KAMPUNG TULUNG OKTOBER 45: Teriakan Tolong di Kampung Tulung



Salam Mblusukmen!
Sebuah peristiwa pilu pernah terjadi di sebuah kampung di tengah Kota Magelang. Kejadian dimana puluhan nyawa gugur dalam tragedi pembantaian karena kesalahpahaman dan hasutan penjajah. Pada masa - masa awal kemerdekaan Indonesia, Kampung Tulung sudah menjadi basis pertahanan para Republikan melawan dekolonisasi Belanda. Bagaimanakah sebenarnya tragedi Dapur Umum Kampung Tulung ini terjadi? Simak ulasan singkatnya berikut.


"Rekam Jejak Sejarah Perjuangan Rakyat Kampung Tulung bersama UNES". Bersama saya didalam foto adalah Ibu Dovian Widarso, pemilik rumah, sekaligus ahli waris lokasi tragedi pembantaian Kampung Tulung, Magelang.
Foto: Laras Laxmana


Syahdan, Pada bulan Oktober 1945, dipilihlah sebuah kampung di Stadsgemeente (Kotapraja) Magelang bernama Kampung Tulung sebagai basis berkumpulnya para anggota BKR dalam mempertahankan kemerdekaan dari cengkraman Sekutu yang diboncengi NICA. Atmosfir di Stadsgemeente Magelang kala itu sudah mulai memanas ketika tentara Inggris dan NICA masuk ke kotta Magelang.

 
Reka ulang kedatangan tentara  sekutu yang diboncengi oleh NICA di kawasan Kaderschool, Badaan Plein, Kota Magelang


Ketegangan antara rakyat dan tentara sekutu bersama NICA ini akhirnya pecah menjadi sebuah perang terbuka di dalam Kota (Stadskreig). Maka dari itu, setengah dari kekuatan tentara di Jawa Tengah pada waktu itu ditarik dan dikumpulkan di kampung Tulung. Sebagai basis terdepan melawan sekutu, maka dibuatlah sebuah dapur umum sebagai pusat logistik tentara dilokasi yang sekarang menjadi rumah ibu Dovian. Pada tanggal 28 Oktober 1945, tepat pukul 5 pagi, dikomandoi oleh tembakan dari senapan Pak Ahmad Yani, SERANGAN UMUM Magelang dimulai. Selama 7 jam tembak menembak terjadi dilokasi-lokasi kedudukan NICA, seperti di Badaan Plein, Kader School, Zusteraan, dan Militaire Hospital. 

 
Zusteraan (SMK Pius) pada saat sebelum pecah perang pada bulan Oktober 1945
Sumber : KITLV

 
Komparasi kawasan Kaderschool pada zaman kolonial dan sekarang. Gedung ini termasuk yg rusak saat operasi bumi hangus tahun 1948, dan pernah dijadikan RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War and Internees ) sebagi kamp pengungsi saat perang revolusi 1945-1950. Tempat ini pernah menjadi salah satu titik pertempuran pada saat Palagan Magelang, Oktober 1945. 
Sumber: Upload Wahyu Handoko, 29 Januari 2014, FB Group KTM 


  
Komparasi Rumah Sakit Militer atau Militaire Hospital dulu dan sekarang. Tentara Sekutu dan para pegawai NICA dulu pernah bertahan dari gempuran BKR disini.
Sumber: Upload Wahyu Handoko, 29 Januari 2014, FB Group KTM


  
Dalam melakukan penjagaan markas, Belanda menempatkan 4 prajuritnya yang dilengkapi 2 Sten Gun dan 2 Bren Gun dengan perlindungan kubu karung pasir. (foto dan keterangan dari buku MAKNA OFENSIF EMPAT HARI DI SOLO DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN 1945-1949 TENTARA PELAJAR DETASEMEN II)
Sumber : Rifky Sulaksmono, 26 Juli 2014, FB Grup Magelang Kembali

 
Baru pada pukul 11 siang, sebuah bendera putih muncul dari dalam basis pertahanan sekutu, namun tak seorangpun keluar dari dalam gedung. Tanpa diduga, setelah menunggu pergerakan sekutu yang sudah menyerah, diam - diam dari dalam basis pertahanan mereka, tentara sekutu berhasil menghubungi pasukan gerak cepat tentara jepang (Kidobutai) di Semarang. Mereka menebar isu bahwa semua tawanan Jepang yang ada di Stadsgemeente Magelang dibunuh oleh pemuda-pemuda Magelang. Termakan hasutan ini, tak lebih dari dua jam, pasukan Kidobutai sudah tiba di Stadsgemeente Magelang. Sekitar pukul satu siang, mereka turun dipertigaan Tuguran dan merembes masuk melewati saluran air Kali Bening dan langsung menuju Kampung Tulung. 


Reka ulang peristiwa pertempuran 3 hari di Magelang pada bulan Oktober 1945
Oleh: Komunitas re-enactment Magelang Kembali bersama komunitas reka ulang lain


 
Reka ulang pertempuran 3 hari Magelang pada bulan Oktober 1945 di kawasan Kaderschool, Badaan Plein Magelang. Lokasi sekarang adalah Museum Jendral Soedirman

Ilustrasi hasutan tentara sekutu terhadap pasukan Jepang di Semarang
Sumber: Komik Rantai Kencana

 
Ilustrasi masuknya pasukan gerak cepat Jepang (Kidobutai) ke dalam kota Magelang. Pasukan Kidobutai masuk ke Magelang dengan 7 buah truk dan dibagi menjadi 2 kelompok. Grup pertama masuk melalui Kota Magelang, dan grup kedua melewati Kalibening. 
Sumber : Komik Rantai Kencana


Mereka sempat terhenti di Kuburan Nglarangan karena hadangan BKR dan rakyat. Karena kalah dalam hal persenjataan, akhirnya tentara BKR dan rakyat mundur ke Barat melintasi Kali Progo dan bertahan di desa Njlapan. Malang tak dapat ditolak, mereka yang tidak tahu menahu gerak laju pasukan Kidobutai di dapur umum menjadi korban keganasan tentara Jepang ini.

Reka ulang menghadang gerak laju pasukan Kidobutai di Kuburan Nglarangan

Pada awalnya, rakyat yang ada didapur umum sudah melihat datangnya pasukan Kidobutai ini, namun mereka mengira tentara ini adalah kawan seperjuangan mereka seperti beberapa tentara Jepang lain yang desersi berjuang bersama republik. Setelah dikepung dari utara, barat, dan timur, rakyat yang sedang memasak dan tentara BKR yang sedang berjaga dan beristirahat dibrondong oleh senjata api pasukan jepang. 

Relief pembantaian pasukan Kidobutai terhadap warga masyarakat dan BKR di Dapur Umum Kampung Tulung
Sumber : Foto Setiya Heru (Akeru), 24 Oktober 2015, FB Group KTM


Tanpa persiapan dan tau apa yang terjadi, 16 rakyat jelata dan 26 anggota BKR gugur dalam serangan mendadak ini. Kegilaan ini berhenti setelah salah satu eks-tentara Jepang yang desersi menjadi Republiken bertemu dengan anggota Kidobutai dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Siang itu, korban amukan Kidobutai ini menelan 42 korban jiwa. Pada awalnya, mereka yang gugur di dapur umum Kampung Tulung dimakamkan dilokasi dimana mereka gugur, baru setahun kemudian para syuhada ini dipindahkan ke TMP Giridarmoloyo, Magelang. 

  
Ilustrasi gugurnya anggota BKR pada tragedi pembantaian Kampung Tulung 

Konon lokasi bekas dapur umum tempat tragedi pembantaian terjadi pernah didatangi Pak Ahmad Yani dan Bung Karno selama masa gencatan senjata November 1945. Dahsyatnya pertempuran di Magelang ini pernah diabadikan oleh seorang wartawan yang kebetulan berada dalam peristiwa Palagan Magelang ini. Kelak, Palagan Magelang akan menjadi pemicu pertempuran besar lainnya, yaitu Palagan Ambarawa. 

 
Tulisan Wartawan Kantor Berita ANTARA - Surabaya mengenai dahsyatnya Palagan Magelang. Pemicu terjadinya tragedi Kampung Tulung.
Sumber: Tony Kusmahadi, 24 Juli 2012 FB Group KTM 

Maka untuk mengenang tragedi pembantaian Dapur Umum di Kampung Tulung, dibangunlah sebuah monumen di pintu masuk kampung.

Monumen Kampung Tulung 

Sisi Lain Lokasi Tragedi Dapur Umum

Bekas lokasi  tragedi kampung tulung ini sekarang sudah menjadi rumah hunian milik ahli waris, yaitu ibu Dovian sekeluarga. Jika dilihat dari struktur rumah, bangunan rumah Ibu Dovian ini dulunya adalah sebuah pendopo Kantor Kelurahan. Dari tulisan angka yang terdapat pada salah satu tiang blandar rumah dapat diketahui bahwa pendopo kelurahan ini dibangun pada tahun 1930. Menurut penuturan si empunya rumah, Ibu Dovian sendiri baru mengetahui pelataran depan rumah beliau adalah bekas makam para syuhada tragedi kampung Tulung setelah beliau dewasa. Orang tua beliau tidak pernah menceritakan apa atau bagaimana yang sebenarnya terjadi dirumahnya dulu pada tahun 1945. Dirumah beliau masih terdapat beberapa memorabilia bekas tragedi kampung Tulung. Menurut keterangan Ibu Dovian,  terkadang beliau mendapati kejadian - kejadian ganjil dirumahnya tersebut. Seperti jendela yang suka membuka sendiri, bau anyir darah yang entah dari mana, dan lain sebagainya.

Glugu (Tiang Blandar Kayu Kelapa) yang masih asli dari tahun 1930
Sumber: Foto Laras Laxmana


Bekas ranjang yang tertembus peluru Senapan Arisaka pada saat penyerangan terhadap Dapur Umum. Menurut penuturan Ibu Dovian, bekas tembakan pada ranjang ini tidak boleh ditambal
Sumber: Foto Laras Laxmana


 
Jendela Kamar yang terkadang membuka sendiri


 
Bekas lobang dimakamnya para syuhada yang gugur ketika peristiwa penyergapan pasukan Kidobutai. Tanah diubin tersebut agak sedikit cekung dan terkadang sering mengeluarkan bau anyir.
Sumber: Foto Laras Laxmana


Demikianlah sekelumit kisah mengenai Tragedi Kampung Tulung pada Oktober 1945. Semoga tulisan ini memberi manfaat. Kenalilah dan cintailah sejarah bangsa sendiri. Doakanlah dan isilah kemerdekaan dengan hal positif dan bermanfaat. Para pahlawan tersebut gugur demi kita semua yang pada saat ini bisa mernghirup udara kemerdekaan.
Salam Mblusukmen!

Komentar