Goenoeng Tidar : Cikal Bakal Lambang Kota Magelang

GUNUNG TIDAR DAN LAMBANG KOTA MAGELANG

Salam Mblusukmen!
Dalam kaitanya dalam sejarah pembentukan lambang kota Magelang, gunung Tidar memiliki peranan sentral sebagi sebuah simbol kebanggan warga kota Magelang. Legenda dan mitos mengenai asal mula munculnya yang sangat dipercayai oleh masyarakat ditambah lokasinya yang berada ditengah kota membuat Tidar menjadi sebuah ciri yang membedakan Magelang dengan kota lain di Indonesia. 
Apa sajakah kaitan Tidar dengan pembentukan lambang Kota Magelang? Mari kita simak bersama.

 Lambang Staadsgemeente Magelang 1929
  

 

Magelang adalah salah satu dari sedikit kota di Indonesia yang mempunyai rekam jejak sejarah mengenai perkembangan tata kelola pemerintahan pada masa Hindia Belanda dulu. Jalan yang panjang dan berliku harus dilalui Magelang untuk dapat berubah dari sebuah Kabupaten (Afdeling) untuk berubah menjadi sebuah kota otonom terbatas (Gemeente) yang nanti pada akhirnya berubah lagi menjadi kota otonom penuh (Staadsgeemente). Tentunya, perubahan status Magelang ini mempunyai kaitan yang erat dengan Gunung Tidar.  Orang - orang Belanda dulu memberinya julukan ‘De Spijker van Java’ atau "Paku Tanah Jawa" hasil adopsi kisah legenda masyarakat setempat.

Semenjak era Raffles, Magelang sudah berkembang menjadi ibu kota wilayah setingkat prefektur atau karesidenan. Maka dari itu, Magelang menjadi lokasi resmi diamana sang resident tinggal dan mengatur pemerintahan sebuah karesidenan. Sebuah karesidenan biasanya membawahi beberapa Afdeling (Kabupaten). Dengan nama resmi Karesidenan Kedu, Resident yang tinggal di Magelang membawahi beberapa kabupaten seperti, Purworejo, Wonosobo, Temanggung, dan Kebumen. Nantinya, sang resident harus melaporkan situasi Kedu kepada Gubernur Jendral yang berpusat di Batavia.

Kedudukannya sebagai ibu kota karesidenan Kedu otomatis membuat Magelang terus berkembang dengan pesat. Ia menjadi daerah yang menarik bagi para warga Eropa untuk tinggal dan berinvestasi. Selain warga sipil Eropa, Magelang juga diisi oleh para petugas militer berdarah Eropa yang belajar di Kaderschool Magelang. 

Setelah adanya reformasi pemerintahan pada akhir abad 19, Magelang yang pada mulanya dipimpin oleh seorang Regent dan seorang Asisten Residen mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dengan semakin banyaknya arus warga asing yang tinggal di Magelang, banyak diantara mereka yang menuntut system pemerintahan yang lebih baik kepada Gubernur Jendral di Batavia. Usaha ini akhirnya membuahkan hasil dengan keluarnya Staatsblad nomor 125 tahun 1906, yang mana per tanggal 6 April 1906, Magelang resmi memiliki status baru dari yang dulunya hanya sebuah Afdeling (kabupaten) ibu kota Karesidenan Kedu menjadi Gemeente (kota otonomi terbatas / kotapraja) Magelang.

Pemberiaan status baru tersebut membuat pemerintah kota berkesempatan untuk membuat lambang kotanya sendiri bersamaan dengan kota – kota lain yang berubah statusnya seperti Bandung, Surabaya, dan Semarang. Dalam lambang Gemeente 1906 ini munculah lambang kota berbentuk dasar tameng/perisai berwarna dasar biru yang dibagian tengahnya terdapat penyangga (huruf Y terbalik) berwarna putih diamana ditengah perisai tersebut tergambar sebuah paku hitam yang dikelilingi oleh cincin berwarna emas.

 
Lambang Gemeente (kotapraja/otonomi terbatas) Magelang 1906

Benda – benda yang terdapat pada lambang kotapraja Magelang ini tentunya memiliki makna filosofis tersendiri. Terdapatnya gambar paku pada bagian tengah yang dikelilingi oleh sebuah cincin berwarna emas memiliki makna sentral bagi warga Magelang. Gunung Tidar yang dipercaya sebagai pakunya pulau jawa (de spijker van java) menjadi sebuah symbol dan ciri yang khas bagi kotapraja Magelang. Hal yang patut diapresiasi dari warga asing yang dulu tinggal di Magelang adalah ternyata mereka menyerap kisah – kisah budaya lokal setempat dan mengaplikasikannya menjadi sebuah lambang kebangaan mereka sebagai penduduk Gemeente Magelang.

Dalam perkembangannya, dengan semakin melonjaknya jumlah warga eropa di kota – kota utama di Hindia Belanda dan adanya arus modernisasi tata kelola pemerintahan di daerah, maka pemerintah pusat di Batavia mengeluarkan STAADSGEMEENTE ORDONANTIE pada 1926 yang mana isinya mengubah status kota – kota di Hindia Belanda yang tadinya berstatus Gemeente (kota otonomi terbatas/kotapraja) yang dipimpin oleh asisten residen dan bertanggung jawab kepada residen menjadi Staadsgemeente (kota otonomi penuh) yang dipimpin oleh burgemeester (wali kota) yang nantinya akan bertanggung jawab kepada pemerintah provinsi.

Adanya peraturan baru tersebut juga berdampak Gemeente Magelang. Gemeente yang terbentuk pada 1906 ini, baru berubah statusnya menjadi Staadsgemeente tiga tahun setelah peraturan tersebut terbit, yaitu pada 1929. Dengan status barunya inilah, Magelang juga perlu membuat lambag Staadsgemeente yang baru, pengganti lambang gemeente (kotapraja). Maka pada 22 Januari 1935, Yang Mulia Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia mengesahkan lambang Staadsgemeente Magelang. Dengan paduan desain lambang hasil akulturasi budaya abad pertengahan di Eropa dan symbol – symbol ciri daerah setempat maka munculah lambang Staadsgemeente Magelang seperti berikut.

 
 Dengan sertifikat keputusan nomor 5, lambang ini resmi menjadi lambang Staadsgemeente Magelang 1935

Ternyata, lambang Staadsgemeente Magelang ini masih mempertahankan rancangan lambang gemeente tahun 1906. Dengan desain lambang masih berupa tameng / perisai berwarna dasar biru dengan sebuah penyangga (huruf Y terbalik) dari perak dihiasi dengan sebuah cincin emas diatasnya dan sebuah paku hitam didalam cincin. Lambang dasar ini kemudian dipadukan dengan sebuah mahkota emas berbentuk stupa candi dibagian atas perisai yang diapit oleh dua ekor singa emas dengan lidah menjulur (De Nederlansche Leeuw), lambang Kerajaan Belanda. Dengan masih dicantumkannya gambar paku dalam lambang Staadsgemeente Magelang menunjukkan bahwa Gunung Tidar sebagai De Spijker Van Java adalah bagian tak terpisahkan dari Magelang. Lambang Kota Magelang yang sekarang digunakan pun masih mempertahankan gambar paku sebagai simbolisme gunung Tidar. 

Lambang Kota Magelang sekarang
Sumber: Magelangkota.go.id

Demikianlah sejarah perkembangan lambang kota Magelang dalam kaitanya dengan Gunung Tidar. Semoga bermanfaat.
Salam Mblusukmen!!

Komentar

Posting Komentar