Gunung yang Menggelangi Magelang (Merapi Tak Pernah Ingkar Janji)

MBLUSUK - MBLUSUK MEN!!!

Sebagai orang yang dilahirkan di Magelang, pasti tidak asing dengan yang namanya gunung. Magelang sendiri mungkin satu-satunya kota di Indonesia yang dikelilingi oleh 5 gunung berapi. Istimewa kan? Bangga lah kalian yang dilahirkan atau sempat tinggal dan menghirup udara negeri 5 gunung ini. Karena ke eksotisan gunung - gunung yang menggelangi Magelang ini lah, sebagai orang asli Magelangadalah suatu kewajiban maha penting untuk bisa "sowan" ke gunung - gunung ini. Saya sebagai mblusuker sejati adalah suatu kehormatan bisa "bercinta" dengan gunung-gunung ini. So the quest of climbing all of these mountains is the ultimate objective to be unlocked!! Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Sumbing, I'm Coming!!!

View Merapi dan Merbabu saat sunrise dari Bandongan


Tertarik dengan kata-kata mbah Surono di TV, "Merapi Tak Pernah Ingkar Janji", saya bersama 3 orang teman berencana untuk sowan ke gunung Merapi. Jadi, berangkatlah 4 orang laki-laki ganteng, keren, gagah , awesome nan jomblo (kecuali satu) untuk memuncaki Gunung yang disemayami oleh Mbah Petruk ini. Pertama - tama akan saya kenalkan dulu siapa saja partner in crime saya dalam pendakian kali ini.

1. Septian Dwi Wijaya alias Kang Sept 
Manusia pecinta outdoor activity, Aktivis HMI FEB UGM, yang paling sepuh dan berpengalaman dalam hal naik gunung, seneng banget olah raga, kehidupan percintaan misterius dan sedang berusaha merampungkan study nya. Gear naik gunung dan urusan koordinasi ada di Kang Sept. Dan ini yang paling penting, Kang Sept lah tukang fotonya. hahaha.. 

2. Merza Annas alias Mersa
Manusia pecinta Ayam dan yang berbau ternak, Koki nya anak-anak kalau pas ada acara ngumpul, kadang jadi donatur kalo pas lagi balik dari Kalimantan, sedang berusaha mencari pasangan hidup. Ayam adalah yang ia kangenin kalau pas mudik ke Jawa. Orang yang gak mau kalah kalau soal foto-foto.. hahaha


3. Arif Purwa Adi alias Aad


Satu-satu nya cowok yang ber cewek diantara kami bertiga, jadi menurut teori relativitas jomblo, Aad lah yang paling ganteng karena dia punya cewek, penyuka gending jawa dan campur sari, tipe family man, dan manusia bijak di jawa karena dia lah yang sering ngasi semacam wejangan. 



The Journey begins..
Atas instruksi Kang sept, perjalanan akan dilakukan malam hari karena pertimbangan logistik, barang yang dibawa dan kenyamanan dalam mendaki. Karena ini One Night Climb, jadi barang yang dibawa sedikit saja, tiap personel harus bertanggung jawab atas barang bawaannya sendiri. In case of emergency, baru logistik kawan lain bisa disubsidikan. Karena waktu itu ada yang sudah ada di Magelang dan ada di Jogja, maka diputuskan untuk ketemu di starting point, dan diputuskan lah untuk bertemu di Alfamart perempatan ketep di Blabak Magelang. Pendakian akan melalui jalur Selo, Boyolali. Kami semua bertemu di Alfamart  Blabak jam 8 malam. 

 Final Checking: Situasi di depan Alfamart Blabak sebelum ke pos pendakian di Selo, Boyolali.

Perjalanan kami lakukan dengan menggunakan sepeda motor dari Blabak, Magelang menempuh waktu sekitar 2 jam perjalanan. Selama perjalanan kami sedikit mendapat guyuran hujan tapi akhirnya sampai juga di Base camp Selo, Boyolali sekitar pukul 10 malam. Tak disangka basecamp cukup ramai dengan pendaki yang ingin menaiki Merapi waktu itu. Kami registrasi dan istirahat sebentar sembari menyesuaikan suhu tubuh dengan iklim gunung. Kami mulai perjalanan kira-kira pukul 11 malam. 

The Climb.. 
Kami langsung disambut dengan jalan menanjak dari awal perjalanan, pada awalnya jalanan masih beraspal karena masih melewati perkampungan warga, lalu naik lagi sampai kami ditempat wisata SELO dimana disana ada warung-warung dan gardu pandang dengan view Merbabu. Track setalah gardu pandang selo didominasi oleh jalan yang disemen dengan kiri - kanan tanaman perkebunan milik warga. Perjalanan kami lanjutkan terus sampai memasuki hutan gunung merapi. Melewati beberapa pos dan bertemu beberapa pendaki selama perjalanan. Menjelang pasar bubrah, vegetasi sudah mulai jarang dan lebih didominasi oleh krikil dan pasir.

The Cold..
Ditengah perjalanan, salah satu kawan kami, Aad, memang sudah agak tergopoh-gopoh tertinggal dibelakang sejak awal. Sepertinya sudah sejak lama Aad tidak berolah raga, makanya stamina nya seperti banyak terkuras dalam pendakian ini. Saya dan Merza yang berjalan didepan menunggu Aad untuk menyusul kami. Sementara Kang Sept selalu menemani Aad dibelakang. Mendekati pasar bubrah, Aad sudah mersa tidak kuat. Sepertinya selain badanya yang kurang fit, jaket yang dipakainya berbahan parasit menahan dingin dan basah ditubuhnya, sehingga ia mendapat gejala Hipotermia. Karena sudah tidak kuat lagi, Aad kami sarankan untuk istirahat dan tidak usah sampai puncak. Kami antar Aad untuk berlindung dibawah ceruk batu. Melihat kondisinya, memang lebih baik Aad tidak muncak dan istirahat, kami sarankan ia untuk menghangatkan diri dan tinggal disana. Setelah sedikit beristirahat, dan menghangatkan diri, Kami lanjutkan perjalanan ke puncak merapi tanpa Aad.

The Final Battle
Tahap terakhir pendakian Merapi adalah yang paling berat. Kondisi dipasar bubrah dan jalan naik ke puncak yang hanya berisi pasir dan kerikil membuat perjalanan sangat berat. Pijakan yang tidak stabil membuat perjalanan sangat susah. Tenaga yang dikerahkan harus dua kali lipat karena pasir yang dipijak akan terus membawa turun dari posisi pijakan. Semacam pasir hisap boleh dibilang. Karena kami tidak ngecamp, stamina dan kelelahan adalah kendala untuk bisa mencapai puncak. Menjelang subuh, kami masih belum bisa mencapai puncak. Kurang sepertiga perjalanan menuju puncak, matahari sudah terbit.

Cahaya matahari yang mulai kelihatan. Jauh di cakrawala kelihatan Gunung Muria.

Karena kami ingin menikmati sunrise dipuncak, kami terus mencoba menuju puncak secepat mungkin. Tapi apa daya, matahari keburu terbit duluan. Terpaksa kami menikmati sunrise dari lereng puncak. Walaupun belum sampai ke puncak, pemandangan yang diperoleh sungguh Maha Epic!!

Matahrinya sudah kelihatan. Awesome

Merza yang gak mau kalah soal foto-foto.
 Ehem..

Rasanya memang sedikit kurang puas, ketika matahari sudah terbit tapi kami belum sampai puncak. Sekitar jam setengah 6, sudah ada beberapa pendaki yang mulai turun dari puncak, dan kami masih mencoba naik ke puncak. Disekitar jalur menuju puncak ini, pasir sudah tidak banyak lagi. Jalur menuju kawah terdiri atas batuan rapuh yang cukup kuat untuk pijakan. Jadi kami sedikit ngebut. 

 


Menjelang pukul 6 pagi, kami sudah sampai dipuncak merapi. Luar Biasa!! Akhirnya, kami sampai dibibir kawah merapi. Kawahnya masih mengeluarkan asap sulfatara. Lebar bibir kawah yang datar hanya setengah meter. Jadi memang harus sedikit berhati-hati. Kanan kami kawah yang menganga, kiri nya batu-batu jalur pendakian. Salah langkah sedikit bisa Game. 

 Kawah Merapi dengan kubah lava baru ditengah. Mengeluarkan asap sulfatara



Untung saja pagi itu cuaca cerah dengan langit biru sempurna tanpa awan.  Kami bisa menikmati pemandangan yang luar biasa dari puncak. Perjalanan luar biasa untuk bisa mensyukuri nikmat Tuhan.



Setalah puas menikmati pemandangan, kami buka bekal kami dan sarapan di puncak merapi. Sarapan di bibir kawah, kurang extreme pie jal? haha

Warung Nasi Padang tertinggi se-Jawa.

Ada sedikit cerita pas naik kepuncak, setiba kami dipuncak, dibelakang kami  ada beberapa pendaki anak-anak muda. Macam muka-muka mahasiswa baru gitu. Eh, sampai dipuncak, mereka ngibarin bendera ISIS terus foto-foto dipuncak merapi. Sayang gak sempat ke foto. Dipuncak kami juga bertemu pendaki lain. Dia pendakin lain yang sampai puncak sendirian. katanya sih sama temennya, tapi temaenya istirahat dulu dibawah, si mas bro ini nik sendiri ke puncak. Berkat mas nya ini lah kami bertiga bisa foto di puncak. Walaupun tanpa Aad yang harus terpaksa tinggal di pasar bubrah..




Penampakan mas pendaki random.

Setelah puas, sekitar jam setengah delapan, kami putuskan turun. Perjalanan turun dari puncak adalah bonus selama pendakian merapi. Tinggal nge-slide aja di pasir-pasir bisa langsung cepet turun. Tapi yang di waspadai adalah debu dari hasil plesetan kita ini bisa kemana-mana. Dan yang harus di waspadai waktu naik atau turun dari puncak merapi adalah luncuran batuan rapuh dari atas. Karena batu-batu itu lunak dan mudah rapuh, jadi waspadalah!! waspadalah!! Satu-satunya korban waktu perjalanan kebwah adalah sepatu saya. Baru saja beli khusus buat naik merapi, ehh.. sol sepatunya malah sobek buat nge-slide turun..


Jalan turun dari puncak

Setelah sampai pasar bubarh kami bisa ketemu Aad lagi. Dia sudah seger lagi karena sudah "kekaring". Syukurlah dia baik-baik saja. Tak lupa kami mengabadikan moment-moment disekitar pasar bubrah bareng Aad.








Barulah, setelah itu, kami turun dari merapi dan menuju perjalanan kembali pulang ke rumah.



Perjalanan pendakian ke merapi menawarkan pengalaman baru bagi saya pribadi. Perjalanan spiritual yang sangat luar biasa! Mendakilah, maka kamu akan mengenal dirimu! Merapi Tak Pernah Ingkar Janji..

Komentar

Posting Komentar