Di ujung jalan itu,
perubahan selalu terjadi. Di ujung jalan itu, pemiliknya selalu berganti. Di
ujung jalan itu, orang – orang disetiap zaman merekamnya dalam ingatan. Ingatan
tentang evolusi sebuah sudut diujung timur laut aloon - aloon. Bagi sebagian
orang, sudut itu biasa disebut ‘tusuk sate’. Ia bermula sebagai sebuah penginapan
dan bertransformasi seiring waktu hingga sekarang menjadi sebuah swalayan. Terlepas
dari mitos ‘tusuk sate’ sebagai lokasi pembawa sial, perjalanan si ‘tusuk sate’
ini sudah membawa banyak cerita bagi tiap – tiap pemiliknya. Tidak hanya itu, sejarahnya
yang panjang juga sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap perkembangan
Magelang.
Toko Manusje van Alles ini konon dulunya
adalah sebuah penginapan (Lodgement) tempat dimana para pendatang dari luar
kota saat mengunjungi Magelang.
Sumber: Tropenmuseum
Magelang, semenjak takluknya
Kesultanan Yogyakarta ditangan Raffles sudah menjadi lokasi penting bagi rezim
colonial. Selain lokasinya yang strategis dan tanahnya yang subur, Magelang juga diberkahi
dengan kecantikan alamnya yang luar biasa. Maka tak heran, banyak warga asing
yang pada akhirnya jatuh hati terhadap Magelang. Arus perpindahan manusia dari
Eropa ke Hindia Timur memicu menjamurnya pemukiman, toko, kantoor dan tentunya
penginapan di Magelang.
Sekembalinya Hindia Timur
ketangan Kerajaan Belanda dari cengkraman Inggris, Bupati Pertama Magelang
membangun aloon – aloon, masjid Agung, dan rumah bupati sebagai langkah pertama
peningkatan status Magelang. Ditunjang kesetabilan keamanan di Magelang selepas
tertangkapnya Pangeran Diponegoro di rumah residen Kedu pada 1830, arus manusia
yang datang ke Magelang pun semakin meningkat. Terhubungnya pusat pemerintahan
Belanda di Semarang dengan Vorstenlanden (Kerajaan – Kerajaan Jawa), menambah
nilai lebih kawasan pusat Magelang. Maka tidak heran jika lokasi – lokasi
disekitar aloon – aloon menjadi sebuah kawasan elite bagi para investor.
Lokasi 'tusuk sate' yang berada di pusat kota Magelang yang sangat strategis. Terlihat bangunan diujung jalan yang dikanan kiri jalan aloon - aloon diapit oleh rumah bupati, Gereja Protestan, dan Societeit De Eendracht di ujung kiri jalan.
Sumber: KITLV
Lokasi ‘Tusuk Sate’ aloon –
aloon Magelang menjadi salah satu lokasi strategis bagi para pengusaha Eropa
kala itu. Konon, ketika pecah perang Jawa, seseorang berkebangsaan Inggris
membangun sebuah penginapan (Lodgement) dilokasi ‘tusuk sate’ ini. Diperkirakan
penginapan ini pernah singgahi Franz Wilhelm Junghuhn ketika ia berkelana
menjelajahi Jawa, termasuk Magelang. Junghuhn merupakan seorang ilmuwan
terkenal asal Jerman yang banyak menghasilkan karya dan penelitian baik dibidang
botani, vulkanologi, geografi, dan bidang keilmuan lainnya.
Foto Lodgement (penginapan/losmen) Kemungkinan
Junghuhn, seorang ilmuwan terkenal asal Jerman pada 1835 dan 1855 pernah tidur
di Lodgement ini.
Junghuhn ketika bereksplorasi di tanah jawa dan tanpa sengaja bertemu oleh harimau jawa.
Sumber: Wikipedia.org
Lukisan litografi karya Junghuhn dengan latar belakang Gunung Sumbing dan batuan candi di pelataran rumah Residen Kedu di Karesidenan pada 1853
Sumber: KITLV
Lukisan litografi karya Junghuhn ketika menjelajah situs peradaban Hindhu Selogriyo di daerah Windusari pada April tahun 1840
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah pernah menjadi penginapan atau
Lodgement selama perang Jawa, seorang dari bangsa Armenia yang lahir di sebuah
kota kecil dekat Isfahan, Persia (Iran), bernama PAULUS MINAS JOHANES AMIR KHAN
(PAUL) atau
biasa disingkat dengan PM. Johanes mengambil alih Lodgement
ini. Ia mengubah Lodgement ini menjadi sebuah toko dengan namanya sendiri,
yaitu Toko PM Johannes. Pada tanggal 2 April 1894
dia mengiklankan telah berdirinya Toko PM. Johanes.
Iklan Toko P.H. Johannes Buka mulai bulan Maret 1894 dalam sebuah surat kabar. Sumber: Postingan Alm. Tommy Kusmahadi Grup KTM
Paul sendiri adalah anak seorang yang
terpandang di negara asalnya, Iran. Ayahnya adalah seorang mantan Jendral
Pasukan Infantri Shah (Kaisar) Iran yang kemudian atas kuasa Shah Iran, dijadikan
Gubernur kota Kohrramabad. Ayahnya bernama Johanes Minas Amir Khan dan ibunya bernama
Moerasa Bablokian, putri Harootun Gerigor Bablokian. Paul muda menginjakkan
kakinya di Hindia Belanda berkat bantuan pamannya yang sudah lama tinggal di
Kota Batavia. Pamanya juga seorang pengusaha sukses di Batavia dan mendirikan
sebuah toko bernama Toko Batavia.
Foto Paulus Minas Johanes Amir Khan (Paul) bersama istri dan anggota keluarganya.
Sumber: imexbo.nl
Menginjak akhir tahun 1893, Paul
memberanikan diri untuk mencari peruntungannya sendiri di Gemeente Magelang. Ia
membuka dua buah toko di Magelang dan Purworejo. Kehidupan Paul dan istrinya bisa
dikatakan sangat baik di Gemeente Magelang. Selain memiliki rumah berlantai dua
di Magelang, Paul juga memiliki tanah yang luas, sebuah rumah dan sebuah toko
di Poerworedjo. Di Magelang dia.
Foto Keluarga PM Johanes Amir Khan didepan salah satu rumah miliknya. Kemungkinan rumah ini adalah propertinya yang ada di Purworejo mengingat rumah Paul di Magelang menurut catatan berlantai dua.
Sumber: Imexbo.nl
Pada tahun 1906 ketika dia berumur 40an, kesehatan Paul mulai menurun. Pada tahun itu pula, status Toko PM. Johanes diubah menjadi sebuah Perseroan Terbatas (NV. TOKO JOHANES). Melihat kondisinya yang sudah tidak bisa menjalankan usaha seperti dulu, Paul mengajak Mr Gerard Johan van Bijlevelt sebagai pemegang sebagaian saham PT itu. Mr. Bijlevelt adalah seorang anggota Dewan Kota Magelang (Gemeenteraad Magelang).
Foto Toko Johannes di “Tusuk Sate” aloon –
aloon kota Magelang ketika masih berdiri. Sumber: KITLV
Berkat warisan administratif Notaris Boelen (seorang
notaris di Magelang), diketahui bahwa para pemegang saham, yaitu Paul Minas
Yohanes dan Gerard Johann Valentyn mengadakan rapat pemegang saham pada 28 Juni
1907, dan kedua pemegang saham memutuskan untuk membubarkan NV. Toko Johannes
di Magelang. Paul akhirnya meninggal di Den Haag pada tahun 1911.
Foto Notaris CPA Boelen yang mencatat akta jual - beli Toko Johannes.
Sumber: Upload Denmaz Didotte dalam komentar 11 Februari 2016
Setelah pada bulan Juni, NV Toko Johannes
dinyatakan bangkrut, maka pada bulan Agustus 1907 NV. Toko Johannes diambil
alih oleh JOHANN JULIUS MARIA VAN EIJCK (JMF Van EIJCK). Akuisisi Perseroan
Terbatas itu termasuk penyitaan terhadap semua perabotan dan barang-barang stok
yang terdapat dalam toko. Van Eijck ikut mengambil alih pula semua utang-piutang
NV. Toko Johannes ditambah semua kontrak yang masih berjalan oleh pemegang
saham sebelumnya. Dari situ diketahui bahwa Mr Gerard Johan van Bijlevelt, sang
politisi Gemeente yang dulu diajak bekerjasama oleh Paul belum memasukkan uang
sebagai penyertaan modal. Hal yang dilakukan Van Eijck selanjutnya adalah
merubah nama Toko Johanes menjadi TOKO JMF Van EIJCK, atau sering juga disebut
sebagai Manusje Van Alles, toko serba ada.
Foto Toko JMF van Eijck pada tahun 1910
Magelang (KITLV). Pada foto tampak beberapa tentara dan beberapa asisten dan
mungkin salah satu orang berpakaian putih adalah Mr van Eijck. Para tentara di
foto itu tampak dari sikapnya (dada dan lengan) yang kaku khas militer dan
tidak bisa berpose dengan dengan santai.
Sumber :KITLV
J.M.J. van Eijck tiba di Tanjung Priok
Batavia pada 1885 sebagai seorang Kopral diusianya yang baru 20an tahun. Van
Eijck kemudian melanjutkan kariernya di Hindia Belanda sebagai tentara KNIL.
Pada tahun 1902, dia mendapat cuti untuk pergi ke Belanda dan setahun kemudian
ia kembali ke Hindia Belanda dengan pangkat Letnan dua.
Setelah dirasa karir dibidang militernya
dirasa cukup, Van Eijck memutuskan untuk keluar dari dinas militer bersama
dengan beberapa mantan tentara lainnya pada 1906. Mereka kemudian mendirikan
toko kecil yang menjual barang-barang kebutuhan militer di bekas Toko Johannes
di ‘Tusuk Sate’ aloon - aloon. Van Eijck yang cukup jeli melihat peluang bisnis
di Magelang, meyediakan banyak peralatan militer bagi sekolah dan pendidikan militer
di Gemeente Magelang. Dalam perkembangannya Van Eijck kemudian memasok juga barang
kebutuhan sehari – hari seperti berbagai macam minuman, lampu – lampu
dengan sistem terbaru, barang – barang dari porselen, emas, perak,
pakaian pria/wanita dan anak-anak, flanel, laken. Tidak
lupa, toko milik van Eijck ini menyediakan pula rokok cerutu Havana / Manila
dengan kualitas prima. Manusje Van Alles juga
meyediakan peralatan pertanian serta biro jasa pengurusan lelang hasil
pertanian rakyat. Disamping itu, Van Eijck juga adalah agen Escomptobank
Batavia di Magelang.
Foto serdadu KNIL di Kantor Audit Militer dan Polisi Militer dalam kompleks Tangsi Militer Magelang (Sekarang Gedung Sriti) pada 1915
Sumber :KITLV
Johannes van Eijck adalah orang Rheinland
(sekarang wilayah jerman yg berbatasan dengan BeNeLux) yang cukup terpandang.
Ia termasuk dalam jajaran kaum jetset dalam kota praja Magelang. Menurut sebuah
catatan, Van Eijck merupakan salah satu anggota Societet De Eendracht, atau
semacam klub khusus bangsa Eropa kulit putih kala itu. Sebagai pemilik toko
besar di pusat kota dan kebetulan pula tokonya berdekatan dengan societeit, hal
ini membuat van Eijck memiliki akses yang mudah ke dalam Societeit. Van Eijck meninggal pada akhir 1930 dan Toko JMF Van
Eijck ini dilikuidasi pada bulan April 1931 dan ditawarkan untuk dijual,
beserta taman yang terletak di belakangnya yang disebut Taman van Eijck di
Magelang.
Foto lain toko milik van
Eijck dari arah depan. Sekarang toko ini sudah berubah menjadi Gardena Dept.
store Magelang. Sumber : Buku Im ewigen
Sommer terbit tahun 1917, Prof. Karl Klinger. (koleksi pribadi Eva Mentari
Christoph)
Memasuki
tahun 1930, industry perfileman baik internasional maupun local sedang booming
diseantero Hindia Belanda. Filem – filem asing dan local mulai membanjiri kota –
kota besar, tidak terkecuali Magelang. Pergeseran jenis hiburan baru bagi warga
jajahan ini menjadi pemicu munculnya bioskop – bioskop baru di Kota Praja
Magelang. Memasuki tahun – tahun tersebut, lokasi ‘tusuk sate’ sudah berubah bukan
lagi menjadi toko serba ada, melainkan bertransformasi menjadi sebuah gedung bioskop.
Dengan berdirinya bioskop ini, berakhir sudah kejayaan Manjuse Van Alles milik
van Eijck. Bioskop baru di ujung timur laut aloon – aloon itu bernama Bioskop
Roxy. Bioskop ini dimiliki oleh seorang komedian pemain Tonil bernama Pluyter. Ia membeli bekas bangunan Manusje van Alles dua bulan setelah Johannes van Eijck meninggal dunia pada usia 65 tahun.
Sosok Pluyter yang sedang memakai kostum pentas pertunjukan Tonil bersama Istri. Pluyter adalah pemilik Gedung Bioskop Roxy pada tahun 1930an. Foto ini sendiri diambil pada tahun 1938 ketika ia sedang pentas di Magelang.
Sumber : KITLV
Bioskop Roxy pada tahun 1930an. Gedung dengan arsitektur Art Deco dan dinilai modern kala itu. Sumber : Foto koleksi pribadi milik Bagus Priyana
Berkobarnya
perang pasifik dan masuknya tentara imperial Jepang ke Magelang pada tahun 1942
ikut berdampak pada kehidupan social warga Magelang. Ketika semua warga Eropa
di interneer kedalam kamp – kamp konsentrasi oleh pemerintah Jepang, otomatis
semua bangunan dan usaha yang dulunya milik
warga eropa juga diambilalih oleh pemerintah Jepang. Memasuki era penjajahan ‘Bangsa
Kate’ ini, bekas gedung bioskop Roxy kehilangan jejak sejarahnya. Masih belum
jelas apakah bekas bioskop ini tetap menjadi bioskop atau berubah fungsinya.
Namun
yang jelas, pada masa revolusi fisik pasca proklamasi kemerdekaan pada 1948,
bekas gedung bioskop Roxy ini ikut di bumi hanguskan oleh para Tentara
Pelajar. Alasan para pejuang membakarnya adalah agar gedung - gedung di dalam kota tidak dijadikan markas bagi para pasukan Belanda yang masuk kota pada Agresi Militer Belanda II.
Kondisi gedung bioskop Roxy pada tahun 1948 setelah dilakukan taktik bumi hangus oleh para Tentara Pelajar Magelang
Sumber: Upload Denmaz Didotte, 1 Februari 2016 Group FB KTM
Lukisan didalam Museum Jendral Soedirman di Taman Badaan. Lukisan ini dibuat oleh Bapak Suwito yang menggambarkan masuknya TNI kedalam Kota dengan latar belakang bangunan yang hangus pasca Magelang Lautan Api tahun 1949.
Sumber: dokumentasi pribadi
Dan memasuki tahun 1950an, ketika nasionalisasi aset asing sedang
gencar di lakukan pemerintahan Soekarno, bekas gedung bioskop Roxy berubah nama
menjadi bioskop Abadi. Nama bioskop Abadi sendiri cukup lama menghiasi ‘tusuk
sate’ aloon – aloon Kota Madya Magelang kala itu. Baru pada tahun 1980an, nama
bioskop Abadi pudar keabadiannya dan berganti nama menjadi bioskop Rahayu.
Lesunya industry perfileman pada era 90an membuat banyak bisokop kehilangan para
penontonnya. Omset penjualan tiket yang tinggi dan berjubelnya penonton filem
pada dekade – dekade sebelumnya membuat pengelola bioskop Rahayu harus
menjualnya.
Defile siswa pramuka pada tahun 1970an - 80an di jalan menuju Poncol. Foto diambil dari depan gedung PLN sekarang dengan latar belakang bangunan ikonik Bioskop Abadi di 'tusuk sate' aloon - aloon jika dilihat dari utara.
Sumber: Upload Soli Saroso 17 Agustus 2011, FB Group KTM
Lokasi 'tusuk sate' dengan latar bangunan gedung bioskop Rahayu diujungnya. Setelah kurang lebih 30 tahun bernama bioskop Abadi, akhirnya pada 1980an ia berganti nama Bioskop Rahayu. Foto ini diambil pada saat terjadi gerhana matahari total 11 Juni 1983.
Sumber: IwakGedi
Karena
roda it uterus berputar, maka pada tahun 90an, lokasi tusuk sate ini seperti
bereinkarnasi menjadi sebuah toko serba layaknya Manjuse Van Alles milik van Eijck.
Sebuah toko Swalayan modern bernama Gardena pada akhirnya berdiri menggantikan
sejarah panjang puluhan tahun bioskop di Magelang. Tepat dilokasi yang sama,
bayangan toko serba ada yang pernah banyak menghiasi kartu pos – kartu pos masa
colonial kembali muncul.
Lokasi 'tusuk sate' aloon - aloon Magelang tahun 2016 dengan toko swalayan Gardena. Pemandangan yang nyaris seperti deja vu saat Toko Johannes dan Manjuse van Alles masih ada. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Semoga
tulisan ini member gambaran mengenai sebuah sudut di timur laut Magelang.
Lokasi ‘tusuk sate’ ini pernah menjadi jejak sejarah perkembangan kota Magelang
pada masa lampau hingga sekarang. Semoga bermanfaat. Salam Mblusukmen!!
Terima kasih atas nama pasangan artikel trsbt.
BalasHapusTambahan keterangan:
1) Kota lahir Paulus Minas Johannes Amirkhan di Iran bukan kota dekat Isfahan, tapi salah satu daerah Armenia terletak selatan dari kota Isfahan dan "dipisahkan" oleh jembatan. Nama daerah Armenia itu adalah NOR JUGHA atau New Julpha (bah.Inggris)
2) Paulus Minas Johannes Amirkhan (Bah. Armenia = Boghos Minas Hovhannes Amirkhan) meninggal di Den Haag Belanda karena beliau bersakit parah dan tidak bisa di obati di Indonesia. Beliau tidak punya anak sendiri tapi hanya salah satu anak angkat (asli Indonesia)
3) Notaris C.P.A. Boelen juga milik keluarga. (Mantunya adalah keponakan Paulus Minas Johannes Amirkhan.)
4) Teks yang berkaitan dengan Toko Batavia (paman). Wah, ini keterangan yang paling baru untukku.... ??
5) Kakaknya bernama Cornelius Minas Johannes Amirkhan. Beliau bekerja sbg seorang juru potret dan beliau jepretin banyak gambar2 yang dijual sbg kartu pos. Tandanya: C.Johannes.
6) http://imexbo.nl/amir-johannes-i.html
Terima kasih,
Hans Boers / webmaster www.imexbo.nl dan milik keluarga JOHANNES AMIRKHAN.
POKERVITA
BalasHapusJUDI ONLINE TEXAS POKER
Juga Taruhan Kartu Tradisional Sakong Online
Bayar Pakai GoPay
Anda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vita
Situs Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain
Kami Terima semua BANK Nasional dan Daerah, OVO&GOPAY Deposit dan Penarikan Dana. Untuk permasalahan apapun Anda selalu dapat menghubungi Tim Support kami, Kami online 24 jam/7 hari untuk menjawab pertanyaan Anda dan menangani masalah apapun.
Whatsapp : 0812-222-2996